Mohon tunggu...
Santi Mulawarman
Santi Mulawarman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tak memiliki uang tapi orang yang tak memiliki visi (Africa's Proverb)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kok.. Bisa Ya Jadi Bintang Porno?

7 Oktober 2012   20:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:06 4557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Situs porno semakin merajalela, sekali klik di Google tentang ‘Porn’ keluarlah berjuta-juta gambar porno, ada yang harus bayar tapi banyak juga yang gratis. Perkembangan gadget yang banyak peminatnya di Indonesia juga semakin memudahkan akses untuk mendapatkan informasi tentang semua itu.

Kadang kita terheran-heran,“kok bisa ya para bintang porno memilih karir dengan bermain film telanjang dan melakukan kegiatan seks sambil dilihat oleh para anggota produksi perfilman lainnya? Apa ‘gak malu? Bagaimana jika anak-anaknya melihatnya, jika keluarga mereka melihatnya?”

Banyak pertanyaan yang di luar jangkauan orang luar selain para bintang film ini. Rasanya susah mengikuti alur pemikiran ‘bintang’ ini, berusaha mencoba mencari jawaban atas pertanyaan ini. Jika alasannya karena keadaan ekonomi, maka kemiskinan yang seperti apakah hingga membuat seseorang memutuskan untuk menjadi bintang porno? Berapa duit sih bayaran mereka per menit? Lalu bagaimana mereka berperilaku dan menjalani kehidupannya di luar waktu pembuatan film ini?

Apa sih yang ada di otak para bintang porno itu? Bagaimana cara berpikir mereka hingga mengambil keputusan seperti itu. Bagaimana perasaan mereka sebenarnya? Gembira? Sukarela? Sedih? atau Terpaksa?

Menjadi pemain film/ model pornografi dan pelacur merupakan suatu pekerjaan yang sedikit lebih mewah yang dihubungkan dengan tingginya tingkat penderita Dissociative Disorder- yaitu merupakan keadaan yang meliputi rusaknya ingatan, kewaspadaan dan persepsi . Biasanya di sebabkan oleh trauma psikologis – kerusakan yang terjadi sebagai hasil dari kejadian traumatik yang tiba-tiba dan sangat cepat. Juga penderita Post Traumatic Stress- merupakan kecemasan yang sangat parah. Kejadian ini di sebabkan oleh ancaman kematian pada dirinya sendiri atau orang lain atau ancaman secara fisik, sexual atau integritas kejiwaan orang itu yang melebihi kemampuan orang itu untuk menanggapinya. Kerusakan ini meliputi perubahan fisik dan proses kimia di dalam otak, yang menyebabkan perubahan pada orang itu untuk beraksi terhadap keadaan tekanan di masa depan.

Jadi rupanya sebagian besar dari pemain di film porno memang “orang yang sakit’ pantes aja mereka seperti tak punya rasa malu, karena memang sudah tidak ada lagi kesadaran tentang keadaan di sekitar mereka. Persepsi para bintang porno ini juga akan selalu ‘tentang diri sendiri’ bukan tentang orang lain, gagal merasakan ‘perasaan hati’ keluarga mereka dan teman-teman mereka.

Kirain salah satu alasan kuat mereka melakukan itu karena desakan ekonomi dan kebutuhan hidup. Tapi ternyata bukan itu, soalnya kalau cuma masalah pengen punya ‘uang’ banyak sih, saya juga kepengen banget, hanya saja kalau mesti di dapat dengan cara begini….Walah-walah…Naudzubilah Mindzalik deh…Rasanya kalau ‘kita’ tidak ‘sakit jiwa’ begini ya…gak bakalan mau.

Mari kita “BANNED” film porno di gadget kita terutama anak-anak kita, di rumah kita, di kampung kita di negara kita Indonesia.

Sumber: Wikipedia.org/wiki/Dissociativedisorder.

Salam Rindu Dari Semak Belukar Afrika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun