Marakesh merupakan salah satu kota tujuan pariwisata di Negara Maroko, Afrika.
KotaMarakesh menggunakan warna merah bata atau kecoklatan di sebagian besar gedung dan perumahan, sebagai tanda bahwa daerah mereka berada di daerah pegunungan.
Jalan raya di salah satu sudut kota Marakesh. Jalannya bersih sekali. Tidak ada kemacetan terlihat.Perhatikan sepeda motornya.
Nih dia motornya…
Motornya di goes dulu supaya bisa jalan mesinnya, yah..lumayan buat kesehatan,
ada upaya sedikit untuk menggunakan otot kaki.
Aha..rupanya inijuga salah satu berkurangnya kendaraan bermotor dijalan raya, sehinggajalan lebih lengang dan udara lebih bersih. Ayo..mas, mbak kita goes juga di jalan Indonesia tercinta kita yuk….
Kendaraan tradisional ini juga masih ada di Marakesh:
Di Yogyakarta namanya Andong, di Lombok disebut Cidomo, di Pandeglang-Banten
di namakan Sado, saya lupa tanya di Marakesh namanya apa ya?
Mungkin Cheval de trait (Bahasa Perancis untuk kereta kuda karena di Marakesh sebagian besar penduduknya berbahasa Perancis)
Ayo kita jalan lagi dan melihat Jemma Al-Efna, yang merupakan komplek pertokoan untuk kerajinan khas Maroko.
Kalau kita bepergian biasanya kita denger pesan-pesan,”Jangan lupa bawakan kami oleh-oleh ya”Baiklah Mba,Mas ini saya bawakan oleh-oleh nya, berupa foto-foto aja ya, biar bisa di bagi ke temen-temen yang lain. Yuk kita lihat sebagian souvenir yangbanyak di jual di pasar besar Jemma Al-Efna.
Karpet/ Kilim – harganya, waduuhh selangit deh. Saya tanya harga aja, yang paling atas harganya sekitar 25 juta.
Aduh… mikir-mikir, perlu apa tidak sebetulnya karpet ini, apalagi buat di injak-injak?
Menurutbeberapa kenalan dan juga kolektor karpet yang sudah melancong ke beberapa negara penghasil karpet indah, Maroko merupakan negara dengan termurah untuk membeli karpet dengan kualitas dunia.
Bagi para kolektor,membeli karpet adalah investasi karena harganya akan meningkat, seiring dengan umur karpet. Karena ini kerajinan tangan mereka hanya memproduksi Satu desain untuk satu jenis karpet. Dengar cerita penjualnya sih, katanya seniman Missouni dari Eropa juga membeli karpet disini dan menyimpannya di salah satu galerinya. Tau..deh bener enggaknya….
Dari Marakesh, saya melanjutkan perjalan ke kota berikutnya menggunakan kereta api, tidak sebagus seperti di Eropa, tapi tepat waktu dan bersih.
Ini pintu gerbang stasiun kereta api Marakesh.
Ini tempat tunggu kereta api.
Seluruh foto dalam perjalanan milik Santi Mulawarman.
Salam rindu dari semak belukar Afrika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H