Mohon tunggu...
Santi Mulawarman
Santi Mulawarman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tak memiliki uang tapi orang yang tak memiliki visi (Africa's Proverb)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bang Ruhut, Boleh Berkenalan?

9 Oktober 2013   03:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:47 367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Hahaha....kamu sih ke Anyer nya masih pake mobil, kayak aku dong pake helikopter, hahahaha .....jadi kagak pernah kena macet"

Glek....waduh, kenapa begini tanggapannya, apa- apa an ini. Saya tak tahu apakah tanggapan-tanggapan Ruhut ini memang benar atau dia bicara ngawur saja, daripada dia mumet meladeni ajakan obrolan kami berdua.  Siapa sih saya bagi Ruhut ? tak ada kepentingannya. Masih baik dia mau beramah tamah ngajakin kami ngobrol.

Akhirnya percakapan terhenti karena pesawat Bang Ruhut berangkat lebih dulu. Wah...terima kasih ya Bang Ruhut atas kebaikannya mau menemani kami ngobrol. Pernyataan anda masih kami ingat dan berkesan sangat mendalam atas pertanyaan masyarakat awam terhadap bagaimana para petinggi negeri memandang kekayaan daerah, keberadaan putera daerah dan pembangunan yang terjadi di daerah.

Ini lho Bang ..... kesan yang kami tangkap terhadap obrolan kita, ya...benar memang bahwa para pemimpin negeri ini pintar dan jeli dalam melihat kekayaan daerah tertentu, dan 'sepertinya sudah' menjalankan amanat UUD '45 bahwa kekayaan negara diolah dan  di manfaatkan oleh negara dengan sebesar-besarnya untuk kemakmuran ..... dirinya sendiri, sama sekali bukan untuk kemakmuran rakyat.

Tak peduli apakah jalan menuju Anyer rusak parah, toh kalian bisa pake helikopter. Apakah kalian menyewa  helikopter atau beli sendiri? Lalu uangnya dari mana ya? Lalu kekayaan alam daerah Kalimantan, banyak tambang batubara, minyak, termasuk berlian, ternyata Bang Ruhut punya sembilan. Ternyata banyak dimiliki bukan oleh putera daerah tetapi para investor dari Jakarta, yang mungkin saja investor itu adalah para petinggi dengan menggunakan uang rakyat, atau di jual lah bumi pertiwi ini kepada para investor asing?

Saya sedih dan kecewa lho Bang Ruhut, bahwa kesan saya bisa ngobrol dengan pejabat negara, yah cuma ini saja. Kekecewaan bahwa anda kurang peka terhadap kemelaratan bangsa dan penderitaan rakyat kecil terhadap fasilitas umum yang berhak mereka nikmati karena mereka sudah membayar pajak dan ikut membangun negeri ini, padahal mereka menaruh kepercayaan dan harapan kepada individu-individu seperti anda.

Salam Rindu Dari Semak Belukar Afrika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun