Suatu hari di tahun lalu, di tempat tunggu bandara Soekarno Hatta untuk jalur penerbangan Internasional, saya dan suami duduk bersebelahan dengan Bang Ruhut. Tentu saja kami senang, tak pernah saya berkesempatan bertemu orang ngetop. Dengan memberanikan diri saya berkenalan, ternyata sambutannya ramah sekali malah terkesan ' rame', dengan rajin nya dia tanya- tanya tentang asal daerah, mau terbang kemana, diselingi gaya tertawa nya yang agak sedikit berisik untuk ruangan yang tenang waktu itu.
Setelah dia tahu kami terbang dari Kalimantan, dia bilang,
"Kamu punya tambang batu bara berapa banyak?
"Belum punya bang" jawab kami
"Wah...sebagai putera daerah harusnya kalian punya tambang sendiri" nada suaranya agak kecewa.
"Belum punya uangnya Bang "
"Tak perlu lah pake uang segala, kalian carilah investor- investor itu. Di Jakarta aja banyak tuh investor yang siap kucurin dana". Aku aja punya sembilan tambang di Kalimantan"
Walah....kepalaku puyeng rasanya mendengar investor segala, apa memang begini gaya 'obrolan' kelas atas. Batinku dalam hati. Apakah memang benar bahwa banyak investor di Jakarta yang mendekati para putera daerah untuk diajak berbisnis? Benarkah Ruhut punya sembilan tambang di Kalimantan?
Kami hanya bengong saja dan senyum kecut mendengarnya. Lalu obrolan berlanjut lagi, kali ini tentang kunjungan kami ke Pantai Anyer Banten, daerah kekuasaan nya Ibu Ratu Atut, yang sekarang sedang dalam masa cekal KPK. Daerah wisata yang banyak menarik minat masyarakat untuk menikmati keindahan pantai, terkenal juga sebagai 'Playground' nya orang Jakarta, kala musim libur tiba.
"Saya sempat main ke pantai Anyer, tapi...aduh...mana tahan deh, jalanan menuju kesana rusak banget"
Bang Ruhut menanggapi sambil tertawa dengan suara khas nya yang rada serak,