Mohon tunggu...
Santi Mulawarman
Santi Mulawarman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tak memiliki uang tapi orang yang tak memiliki visi (Africa's Proverb)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pacaran Rasa Roti Bulukan

27 September 2013   23:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:17 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bintang terbengong-bengong, menjawab gelagapan " lho kok kenapa jadi panjang begini! Aku kira kamu sudah setuju dulu sejak awal kita pacaran, bahwa kita hanya menjaga hati kita satu sama lain, aku mau menjaga kamu hingga pernikahan kita. Apakah Ade sudah mau menikah? Kalau Ade mau, aku siap menikahimu!

Bagaikan petir disiang bolong, diajakin nikah sama si Bintang. Aku berpikir dalam hatiku, asyik juga kali ya menikah sama Bintang, bisa peluk-peluk mesra, membayangkan tubuh tegap Bintang mendekapku. Membayangkan aku menggendong, memandikan bayi mungil kami, yang mukanya perpaduan antara aku sama Bintang, ke bayang cantik dan gantengnya anak-anak kami.  Aku yakin Bintang bisa jadi suami hebat buatku, bisa menjadi pemimpin dalam rumah tangga kami. Membayangkan kebaikan hati Bintang yang mau bergantian denganku mencucikan popok si kecil, membersihkan rumah kontrakan kami, memasak.Tapi dari mana uang untuk bayar kontrakan, membeli susu, membeli lipstik ku, masa makan mau di warteg terus?.

Semua bayangan kehidupan yang serba kekurangan berkelebat di otak ku. Aku berada di antara tiga pilihan yang memberatkan, hidup bersama Bintang dengan serba kekurangan, terus berpacaran dengan gaya nya Bintang atau berpisah dengan Bintang?

Setelah mencoba menjalaninya selama satu tahun, akhirnya aku memutuskan berpisah dengan Bintang. Aku tak sanggup menahan hasrat ku terhadap keinginan ku untuk diperlakukan sedikit romantis oleh kekasihku, tanpa menyinggung keyakinan Bintang dengan gaya pacarannya. Aku pun tak sanggup menerima keindahan dan kenikmatan yang diberkati Tuhan dalam bayangan kemelaratan materi.

Sekarang, di kamar ku yang luas, sejuk dan harum beralaskan karpet tebal dan halus yang ku beli ketika berlibur di Turki tahun lalu, aku termangu sendiri, memikirkan Bintang. Aku tak pernah lagi mengaji, tak pernah ada yang mengimami sholat ku.

Salam Rindu dari Semak Belukar Afrika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun