Mohon tunggu...
Santi Mulawarman
Santi Mulawarman Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang yang paling miskin bukanlah orang yang tak memiliki uang tapi orang yang tak memiliki visi (Africa's Proverb)

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Kentut…dan Tambahan Waktu Belajar

10 Oktober 2012   20:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:57 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah kelas di sekolah dasar yang agak gelap dengan jendelanya yang kecil rata-rata seukuran laptop, siswa nya 40 orang, duduk berdesakan, satu meja dengan tiga orang anak.

Baju mereka agak lembab berkeringat, aroma terik matahari yang melekat di kepala yang tak bershampoo semakin memberikan warna lain di kelas ini.

Ini jam dua siang, pelajaran terakhir yang dibawakan guru tanpa ‘senyum’. Mereka siap dengan buku tulis dan pinsil serta buku pelajaran satu meja untuk satu buku. Jari kecil mereka sudah lelah, sudah tujuh jam mereka menulis terus, pelajarannya sih berganti-ganti tapi tetap saja harus menulis.

Sedari pagi mereka berada di dalam kelas duduk manis tak boleh banyak bergerak, dari jam tujuhpagi hingga siang bolong. Mereka hanya keluar jam 10 saat istirahat dan jam 12 siang saat makan siang di warung pinggir sekolah yang banyak lalat….masing-masing 15 menit saja. Lima belas menit itu pun terasa surga bagi mereka.

Di kelas itu ada yang batukdengan suara dahak yangtak mau keluar, beberapa anak bersin-bersin, seperti mau pilek. Suara bisik-bisik kecil terdengar sayup-sayup. Debu dari kapur tulis masih berputar- putar di kelas mencari jalan keluar.

Perlahan dari deretan bangku belakang suara gaduh terdengar, “ Waduh…..siapa yang bawa telur busuk ke kelas”

“Ueek….ada yang injak tai kucing kali di sepatu, coba periksa sepatu masing-masing”

“Uuuuh…ada bangkai tikus dikolong meja siapa nih?”

Teman di depan bangkuku bangun dan berteriak, “ Siapa yang tadi pagi makan bangke? Kentut sembarangan bau banget……”

Aku diam saja. Aku ikut menutup hidungku sambil menahan sakit perut. Aku merasa sakit perut dari sepuluh menit yang lalu, mau minta ijin ke toilet, tapi ngeri dengan guru tanpa senyum itu. Tanpa kusadari ‘’psss…psss….psss” angin berhembus sangat pelan hampir tak bersuara keluar dari tempat dudukku. Bauuuu sekali, aku mengibas-ibaskan buku dengan tanganku yang satu lagi. Biar cepat menyebar sehingga sumbernya menjadi susah terdeteksi.

Waduh….sudah kelasnya pengap ditambah lagi kentutku…ini sih rasanya seperti di penjara di dalam toilet mampet.

Harus begini kah penderitaan kami untuk mendapatkan pendidikan? Untuk menjadi warga negara harapan bangsa? Aku mendongkol, masih menahan sakit perutku yang menghebat. Berapa jam lagi ya aku  pulang....

Salam Rindu dari Semak Belukar Afrika

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun