Membahas mengenai kota Seoul sebagai pusatnya buda K-Pop seakan-akan tidak ada habis-habisnya. Tapi hal tersebut mungkin berlaku hanya bagi anak-anak muda penggemar K-Pop, sedangkan bagi saya pribadi yang sudah tidak termasuk anak muda, mungkin hanya bisa menikmati keindahan kota maupun daerah-daerah sekitarnya.
Melanjutkan pembahasan mengenai kota Seoul, maka akan banyak hal yang masih bisa dibahas, khususnya bagi kawan-kawan yang akan berwisata tanpa menggunakan Agen Wisata alias wisata mandiri. Hal-hal tersebut antara lain:
- Penggunaan Uang Elektronik
Sebagaimana di Indonesia, di Korea Selatanpun juga sudah menggunakan uang elektronik sebagai alat pembayaran. Berbeda dengan uang elektronik yang ada di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam uang elektronik, yang masing-masing diterbitkan oleh Bank yang berbeda, di Korea, hanya mengenail 1 (satu) jenis uang elektronik, yang dikenal dengan nama T-Money.
Bagusnya T-Money, bisa diisi ulang (Top Up) baik di minimarket maupun di mesin layanan mandiri (ATM) dari berbagai Bank yang berbeda. Untuk harganya, setiap kartu T-Money berkisar 2.500 sampai dengan 4.000 Won, yang apabila dirupiahkan, tinggal dikalikan dengan Rp12,00 (dua belas rupiah) per 1 Won.
Namun, itu masih kosong saldonya, dan untuk pengisisan saldo, minimal 1000 Won, yang bisa dilakukan di mnimarket atau di ATM. Dan, T-Money ini bukan hanya bisa digunakan untuk naik angkutan umum, tetapi juga untuk berbelanja di minimarket..
- Siapkan Fisik & Payung
Meskipun kota Seoul dikelilingi oleh alat transportasi yang baik, akan tetapi apabila kita menginap di penginapan Air B&B yang berupa rumah penduduk, maka tetap harus berjalan kaki ke arah jalan besar untuk bisa mendapatkan angkutan umum seperti Bus, Seoul Metro (kereta bawah tanah) maupun taksi dan jaraknya rata-rata minimal sekitar 500-1000 meter dari penginapan, tapi perlu diketahui bahwa di Korea, meskipun ada taksi online, baik itu UBER maupun taksi online lokal yaitu Kakao-T, tetapi armadanya tidak banyak dan harus menunggu cukup lama apabila kita memesannya.
Oleh karena itu, kita perlu menyiapkan fisik yang kuat sekedar untuk berjalan kaki menuju halte Bus ataupun ke stasiun Metro. Terlebih, untuk ke stasiun Metro, meskipunjuga dilengkapi dengan eskalator maupun elevator (lift) akan tetapi seringkali posisinya agak jauh dibandingkan dengan tangga. Saya sendiri pernah menghitung jumlah anak tangga di suatu stasiun, kira-kira setiap tangga terdiri dari 60-65 anak tangga dengan sudut kemiringan hampir 40, cukup tinggi, bahkan bagi orang-orang Indonesia yang berusia muda sekalipun.
Selain harus kuat fisik, juga harus membawa payung, mengingat di bulan-bulan akhir tahun sering turun hujan salju yang cukup deras dan yang perlu diperhatikan, sebaiknya tidak menggunakan sepatu kets karet saat kita berada di Seoul ketika di musim dingin, karena jalan-jalan di Seoul akan tertutup salju, yang cukup licin untuk dilewati dan juga bisa membuat kaki kebas, kedinginan.
Khusus mengenai makanan, hal ini saya tujuan khusus bagi kawan-kawan yang beragama Islam. Jika kita ragu kehalalan makanan yang dijual di minimarket, seperti mie instan dan lain sebagainya, ada sedikit saran buat kawan-kawan. Apabila kita memang ragu, maka ada baiknya kita membawa alat penanak nasi, sedangkan berasnya bisa dibeli di minimarket, sedangkan untuk lauk pauknya, kita bisa membawa lauk yang bisa bertahan untuk waktu yang lama, seperti abon atau kering tempe. Selain lebih irit, tentu juga bisa menjamin kehahalan makanan kita.
Jika ingin lebih praktis, untuk makan, kita bisa membeli Onigiri atau makanan nasi yang berisi ikan yang merupakan masakan khas Jepang yang banyak dijual di minimarket. Makanan ini bisa menjadi alternatif, mengingat apabila kita akan membeli mie instan, bisa meragukan juga, karena kita tidak pernah mengetahui proses pembuatan mie instan tersebut.
Jadi, kurang lebih demikian apa yang bisa kita temukan di Seoul, yang sampai saat ini menjadi idaman para K-Pop Mania. Mengenai hal lainnya akan saya bahas di artikel berikutnya.