Mohon tunggu...
Santhi Pradnya Paramitha
Santhi Pradnya Paramitha Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Aku, sekedar pemimpi dan pejuang mimpi. Yang tentu saja Tak lihai merangkai mutiara. Mampuku hanya merajut asa yang mungkin menurut mereka biasa tapi aku rasa luar biasa. Yang sering terbawa perasaannya oleh karya dia dia dan dia sang pujangga, bahkan yang mungkin hanya sekedar untaian cerita khayal, Namun mampu membuatku terlena. Terbuai oleh tampilan yang mempermainkan rasa, mengaduk jiwa. karena sekali lagi, aku hanya...sekedar...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Sandal, Kubelajar "Bercinta" #2

2 Juli 2020   22:49 Diperbarui: 2 Juli 2020   22:47 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah percintaan sandalku sudah terurai dicelotehan ringan malam itu  Dari Sandal, Ku Belajar "Bercinta" #1 dan aku hanya berharap kali ini tidak menjadikannya membosankan.

Aku ingin bercerita tentang pelajaran yang cintaku lakukan dengan gaya barunya. Walau ini menurut pandanganku, menurut versiku sendiri. Begitu mengesankan, setidaknya untukku. 

Pertama, cintaku sedang belajar tentang PERJUANGAN 

Mengumpulkan sandal satu demi satu, atau kadang ia bisa mengambil dua sekaligus, adalah saat dimana ia belajar mencari sesuatu yang ia mau, menemukan apa yang dia ingin temukan, dan mengumpulkannya di tempat yang menjadi tujuannya. Ini seperti hidup manusia, yang terkadang berjuang mencari apa yang sebenarnya ia inginkan.

Beberapa mungkin memang paham betul dengan apa yang dirinya mau, tapi sebagian ada juga yang masih bingung tentang apa yang sesungguhnya ia ingini. Ini seperti pencarian jati diri. Pertanyaannya, sudahkah "saya" benar-benar paham, tau apa yang dibutuhkan, apa yang dimau, apa yang terbaik, dan apa apa  lainnya untuk diri "saya"?

Singkatnya, sudahkah "saya" mengenal diri "saya" sendiri? Jika belum, maka temukanlah. Jika sudah, maka mulailah perjuangannya. Cari dan kumpulkan. Rejeki, amanah, cinta, kepercayaan, pengorbanan, penghargaan, sahabat sejati, teman sepermainan, keberhasilan, kegagalan, musuh dalam selimut yang menguatkan, dan semuanya yang dirimu mau dan tentu saja kau butuhkan.

Kumpulkan dia pada tempat istimewa dalam hidup. Untuk membuat kita bisa belajar, belajar tentang arti dari sebuah perjuangan, belajar tentang setiap jejak usaha yang patut dihargai, belajar pada setiap proses yang sama sekali tidak patut disesali. 

Kedua, cintaku sedang belajar tentang KEGAGALAN

Dalam proses pemindahan dan pengumpulan sandal yang nampak tak penting itu, tidak jarang sandal yang ia bawa terjatuh. Saat hal itu terjadi yang ia lakukan adalah seketika mengambil kembali sandal yang jatuh itu, dan menaruhnya di tempat tujuan. Atau terkadang dia memilih untuk menaruh sandal yang ada di tangan satunya terlebih dahulu, baru kemudian kembali untuk mengambil sandal lainnya yang terjatuh.

Ini waktunya dia belajar bahwa setiap usaha tak selamanya berjalan lancar sesuai dengan rencana dan ekspektasi. Bayangan kegagalan akan selalu ada disetiap rencana yang kita rangkai dengan sempurna. 

Begitu juga disetiap usaha yang kita perjuangkan dengan sekuat tenaga. Pilihannya tetap ada di tangan kita. Mau menyerah dengan kegagalan atau bangkit dan menjadi lebih kuat dengan bekal kegagalan yang pernah kita rasakan.

Ketika kegagalan akhirnya berhasil menggapai jengkal usaha kita, maka kita bisa langsung memperbaikinya, seperti seketika cintaku langsung mengambil kembali sandalnya yang terjatuh. Atau dengan melakukan sedikit variasi dan inovasi.

Menyelesaikan urusan yang tetap masih bisa berjalan sampai tujuan, baru setelahnya kembali untuk memperbaiki kesuksesan yang tertunda. Seperti saat dia memilih untuk menaruh dulu satu sandal yang masih dia pegang, lalu kembali untuk mengambil sandal yang tak berhasil ia pertahankan, yang mungkin tak sengaja jatuh di tengah jalan, atau yang mungkin terpaksa ia tinggalkan untuk menyelamatkan yang lainnya.

Ini seperti yang biasa dikatakan banyak orang, kegigihan yang membuktikan bahwa sebuah kegagalan bukanlah akhir, tapi hanya sebuah kesuksesan yang tertunda yang patut diperjuangkan untuk akhirnya bisa mencapai sukses seperti yang lainnya.

Jika cara klasik tetap gagal, maka inovasi dan kreasi mungkin dibutuhkan untuk mempercantik usaha kita sehingga bisa diterima di gerbang kesuksesan dengan sebuah lencana kehormatan. Maka seperti kata Hindia, jika kegagalan datang, bersedihlah secukupnya saja, karena usaha yang lebih keras telah lama menanti kita untuk meraih tangan dan berjuang bersamanya.

Ketiga, cintaku sedang belajar tentang KESEIMBANGAN

Ketika ia membuat "gunung" sandal, maka otomatis ia harus membangunnya dari bawah sampai akhirnya menciptakan puncak gunung sebagai akhir dari bangunannya. Ini sesungguhnya sedikit membuatku geli, karena tidak mudah baginya untuk menaruh satu sandal terakhir di paling atas dengan sempurna.

Ia harus mengulangnya beberapa kali. Jongkok bangun mengambil sandal yang jatuh dan berusaha menaruhnya lagi. Bahkan jatuhnya satu sandal terkecil sebagai puncak terakhir, tidak jarang membuat bangunan sandal dibawahnya hancur, tapi ia menyusunnya lagi, jongkok bangun lagi, dan setelah beberapa kali pengulangan.

Akhirnya ia berhasil sampai dipenghujung tujuannya, menaruh puncak terakhir dengan seimbang. Sekali lagi, cintaku belajar tentang proses, belajar tentang perjalanan waktu, belajar tentang usaha-usaha yang terkadang mudah dan sering tidak mudah, sampai akhirnya harapan yang ia bangun itu bisa ia selesaikan dengan sebuah keseimbangan.

Apakah kita sepakat bahwa kehidupan di dunia juga demikian? Aku sendiri meyakini, semua ciptaan di bumi ini lahir berpasangan. Senang dan sedih, hidup dan mati, terpuruk dan bahagia, bertemu dan berpisah, keberhasilan dan kegagalan, keterikatan dan kebebasan, kelebihan dan kekurangan, pagi dan malam, indah dan buruk, hambatan dan jalan bebas hambatan, semuanya. 

Bahkan manusia bisa dikatakan manusia sempurna karena ia memiliki rangkaian ketidaksempurnaan. Maka jika ada orang yang bertepuk dada mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki satu kekuranganpun dalam hidupnya, maka percayalah, kemungkinan orang itu bukan manusia. 

Ssssttt.. jadi kali ini kita menemukan sebuah kunci, bahwa ternyata hidup mau dirangkai seperti apa, tergantung dari kemampuan dan kemauan kita dalam menjaga semua pasangan-pasangan tadi dengan seimbang.  

Keempat, cintaku sedang belajar tentang TANTANGAN dan RINTANGAN

Oh oh, ternyata si dia tidak berhenti sampai "gunung" itu berdiri sempurna. Kali ini ia mengeluarkan jurus baru lagi dengan sepeda merah kesayangannya. Ohya, sepeda ini pemberian dari salah satu rekan, tepatnya atasanku di kantor, namanya  Ibu Heny.

Terima kasih ibu.. kembali ke cintaku.  Dengan kedua tangannya ia menuntun sepeda merahnya mendaki gunung dan membuat roda mungil itu melindasi tumpukan-tumpukan sandal yang dengan susah payah ia gabungkan.

Awalnya aku sedikit kesal, karena usaha sebelumnya seperti menjadi sia-sia. Bagaimana tidak, tumpukan sandal itu akhirnya hancur karena terlindas sepeda, namun berbeda dengannya. Dia malah tertawa, bahkan bertepuk tangan sambil berteriak hoyyee.. akupun tersadar, bahwa seperti yang aku katakan tadi, tidak ada proses yang  patut disesali dan semua usaha layak dihargai.

Ini membuatku berpikir bahwa apa yang berhasil kita bangun, apa yang berhasil kita raih, apa yang berhasil kita capai, bisa menjadi sebuah kategori kesuksesan, namun terlena akan kesuksesan itu bukanlah pilihan yang tepat. Ingatlah, semua berpasangan.

Kesuksesan bisa menjadi sebuah kebahagiaan, tapi berhati-hatilah kesuksesan bisa juga tersulap menjadi sebuah langkah awal menuju gerbang keterpurukan. Kesuksesan adalah sebuah akhir bagi orang yang cepat berpuas diri, tapi kesuksesan adalah awal dari sebuah tantangan dan rintangan baru bagi mereka yang selalu ingin memperbaiki diri. 

Kelima, cintaku belajar tentang KEBERHASILAN

Dengan bertepuk tangan setelah berhasil membuat sepedanya melewati gunungan sandal itu, akupun bahagia. Bahagia karena cintaku bisa merasakan keberhasilannya. Karena sesungguhnya ukuran keberhasilan atau kesuksesan dalam hidup tergantung dari target yang kita buat sendiri. Bukan dari penggaris hidup orang lain.

Berpikir bahwa orang lain lebih berhasil dan menjadikannya sebagai motivasi penting, tapi merasakan sebuah rasa yang disebut dengan keberhasilan diri sendiri juga tidak kalah penting.

Menyelesaikan semua urusan dan menghargai diri sendiri dengan mengatakan di depan cermin bahwa "kamu" telah berhasil adalah sebuah penghargaan untuk diri sendiri. Karena jika kita ingin dihargai oleh orang lain, maka kita juga harus lebih dulu menghargai diri kita dan tentunya semua orang di sekitar kita.

Usaha yang telah kita bangun, skala berhasil yang akhirnya kita capai, mungkin sebaiknya menjadi sebuah fondasi baru untuk melangkah ke keberhasilan baru juga, yang mudah-mudahan berwujud keberhasilan yang lebih besar dan lebih bermanfaat dari sebelumnya.

Seperti keberhasilan cintaku membuat gunungan sandal yang akhirnya malah menjadi fondasi keberhasilannya membawa sepeda merah itu ke jalan sebrang melewati rintangan setinggi "gunung" yang menghalanginya. 

Keenam, cintaku belajar tentang KEBAHAGIAAN

Maka setiap manusia berbahagialah dengan cara kita yang mungkin saja berbeda.

Cintaku belajar, dan lebih dari itu, akhirnya diapun mengajariku. Akhirnya aku belajar tentang hal sederhana dengan makna yang ternyata tidak sederhana. Dan IYA, akhirnya akupun menulis. Oh bukan, tepatnya belajar menulis. Akun yang aku buat sedari tahun lalu, akhirnya berhasil aku isi karena si sandal-sandal biasa itu.

Dan iya, sementara ini hanya untuk pembelajaranku. Tanpa bermaksud mengajari siapapun, apalagi tentang hakikat sebuah sandal. Aku hanya ingin merangkai apa yang kutemukan, yang kurasakan, yang terpikirkan dalam wujud kata yang pasti tak selihai yang lainnya. Maafkan.

Tapi  seketika aku kian sadar, bahwa belajar ternyata bisa dimana saja, semua hanya tergantung dari cara kita memandangnya. Kisah ini mungkin bisa menjadi sekedar masalah rumah berantakan karena sandal tidak pada tempatnya. Tapi jika dipandang dari sisi lainnya, ia menjadi pelajaran yang sayang untuk dilewatkan.

Inilah kisah sederhanaku di pagi itu.  Pagi yang biasa tapi memberikanku pelajaran istimewa. Pagi yang biasa yang membuatku belajar "bercinta" dengan sandal-sandal yang biasa saja tapi siapa sangka jadi penuh makna.

Bercinta menurutku saling mencurahkan bahagia. Tidak melulu soal desahan yang juga istimewa. Maka dengan dia cintaku, anakku, aku mencurahkan cintaku, dengan cara sederhanaku. 

Setidaknya semua ini adalah menurut pendapatku, maaf jika akhirnya berbeda denganmu. 

Terima kasih cintaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun