Seperti keberhasilan cintaku membuat gunungan sandal yang akhirnya malah menjadi fondasi keberhasilannya membawa sepeda merah itu ke jalan sebrang melewati rintangan setinggi "gunung" yang menghalanginya.Â
Keenam, cintaku belajar tentang KEBAHAGIAAN
Maka setiap manusia berbahagialah dengan cara kita yang mungkin saja berbeda.
Cintaku belajar, dan lebih dari itu, akhirnya diapun mengajariku. Akhirnya aku belajar tentang hal sederhana dengan makna yang ternyata tidak sederhana. Dan IYA, akhirnya akupun menulis. Oh bukan, tepatnya belajar menulis. Akun yang aku buat sedari tahun lalu, akhirnya berhasil aku isi karena si sandal-sandal biasa itu.
Dan iya, sementara ini hanya untuk pembelajaranku. Tanpa bermaksud mengajari siapapun, apalagi tentang hakikat sebuah sandal. Aku hanya ingin merangkai apa yang kutemukan, yang kurasakan, yang terpikirkan dalam wujud kata yang pasti tak selihai yang lainnya. Maafkan.
Tapi  seketika aku kian sadar, bahwa belajar ternyata bisa dimana saja, semua hanya tergantung dari cara kita memandangnya. Kisah ini mungkin bisa menjadi sekedar masalah rumah berantakan karena sandal tidak pada tempatnya. Tapi jika dipandang dari sisi lainnya, ia menjadi pelajaran yang sayang untuk dilewatkan.
Inilah kisah sederhanaku di pagi itu. Â Pagi yang biasa tapi memberikanku pelajaran istimewa. Pagi yang biasa yang membuatku belajar "bercinta" dengan sandal-sandal yang biasa saja tapi siapa sangka jadi penuh makna.
Bercinta menurutku saling mencurahkan bahagia. Tidak melulu soal desahan yang juga istimewa. Maka dengan dia cintaku, anakku, aku mencurahkan cintaku, dengan cara sederhanaku.Â
Setidaknya semua ini adalah menurut pendapatku, maaf jika akhirnya berbeda denganmu.Â
Terima kasih cintaku.