Mohon tunggu...
Santha QhikaOctilla
Santha QhikaOctilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPN Veteran Yogyakara

Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Informasi di Era Digital

8 Desember 2024   10:17 Diperbarui: 8 Desember 2024   10:22 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Era digital membawa revolusi dalam cara manusia berkomunikasi dan mengakses informasi. Teknologi internet memungkinkan arus informasi menyebar dengan cepat, baik yang faktual maupun yang menyesatkan. Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, Indonesia menghadapi tantangan ganda: mengatasi krisis kesehatan sekaligus melawan perang informasi yang dipenuhi hoaks. Perang informasi ini bukan hanya soal penyebaran berita palsu, tetapi juga tentang bagaimana narasi negatif dapat menggerus kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan lembaga kesehatan.  

Hoaks COVID-19 di Indonesia mencakup berbagai isu, mulai dari penolakan keberadaan virus, teori konspirasi tentang vaksin, hingga klaim pengobatan yang tidak berbasis sains. Informasi ini dengan mudah tersebar melalui media sosial, yang telah menjadi platform utama bagi masyarakat untuk mendapatkan berita. Sayangnya, rendahnya literasi digital sebagian masyarakat memperburuk situasi. Mereka cenderung mempercayai informasi yang sejalan dengan prasangka atau ketakutan mereka, tanpa memverifikasi kebenarannya. Kondisi ini menjadi ancaman serius bagi upaya pemerintah dalam mengendalikan pandemi.  

Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk melawan hoaks COVID-19, salah satunya melalui pendekatan teknologi dan regulasi. Melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika, pemerintah bekerja sama dengan platform media. Langkah ini penting untuk memberikan masyarakat akses ke informasi yang valid dan akurat.  

Namun, pendekatan teknis saja tidak cukup. Peningkatan literasi digital masyarakat menjadi kunci utama dalam perang melawan hoaks. Program edukasi yang melibatkan komunitas, sekolah, dan organisasi masyarakat diperlukan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan kritis dalam menilai informasi. Literasi digital tidak hanya tentang kemampuan menggunakan teknologi, tetapi juga memahami cara kerja algoritma media sosial yang sering kali memprioritaskan konten sensasional.  

Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, media, dan tokoh masyarakat sangat diperlukan. Media memiliki peran strategis dalam menyampaikan narasi yang objektif dan mendukung upaya pemerintah. Sementara itu, tokoh masyarakat seperti ulama, influencer, dan akademisi dapat menjadi penghubung untuk menjangkau kelompok-kelompok yang sulit dijangkau oleh pemerintah. Dengan sinergi yang baik, pesan-pesan positif dapat tersampaikan secara lebih efektif.  

Perang informasi di era digital adalah tantangan global yang membutuhkan respons terpadu. Di Indonesia, pandemi COVID-19 menjadi ujian besar bagi ketahanan nasional dalam menghadapi hoaks. Upaya melawan hoaks tidak hanya sebatas tugas pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh elemen bangsa. Dengan meningkatkan literasi digital, memperkuat kolaborasi, dan memastikan akses terhadap informasi yang akurat, Indonesia dapat membangun masyarakat yang tangguh di tengah arus informasi yang penuh tantangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun