Di era digital, informasi menjadi salah satu kekuatan utama yang dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk ketahanan nasional. Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, Indonesia tidak hanya menghadapi ancaman kesehatan, tetapi juga perang informasi yang menyertai wabah tersebut. Salah satu tantangan terbesar adalah penyebaran hoaks atau informasi palsu terkait COVID-19 yang berpotensi melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, memicu keresahan, dan menghambat penanganan pandemi. Â
Hoaks COVID-19: Ancaman bagi Ketahanan Nasional
Hoaks COVID-19 muncul dalam berbagai bentuk, mulai dari teori konspirasi, klaim obat atau pengobatan alternatif tanpa dasar ilmiah, hingga informasi palsu tentang kebijakan pemerintah. Misalnya, banyak beredar informasi yang menyebut bahwa COVID-19 hanyalah rekayasa atau tidak lebih dari flu biasa, padahal kenyataannya virus ini telah menyebabkan jutaan kematian di seluruh dunia. Â
Penyebaran hoaks ini tidak hanya menyesatkan masyarakat, tetapi juga berdampak langsung pada ketahanan nasional. Ketahanan nasional mencakup dimensi ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamanan. Hoaks COVID-19 dapat menggoyahkan dimensi sosial dengan memecah belah masyarakat, mengurangi kepercayaan terhadap pemerintah, dan memperburuk tingkat kepatuhan terhadap protokol kesehatan. Â
Selain itu, hoaks juga berpotensi melemahkan dimensi ekonomi. Ketika masyarakat termakan informasi palsu, seperti larangan menggunakan vaksin yang disebut-sebut berbahaya, angka vaksinasi menurun. Hal ini menghambat upaya pemulihan ekonomi, karena keberhasilan vaksinasi menjadi kunci dalam membuka kembali aktivitas ekonomi secara aman. Â
Peran Media Digital dalam Perang Informasi
Perang informasi di era digital terjadi karena pesatnya perkembangan teknologi komunikasi yang memudahkan penyebaran informasi. Media sosial, aplikasi pesan instan, dan platform digital lainnya menjadi alat utama bagi penyebar hoaks. Dalam hitungan detik, sebuah informasi palsu dapat menjangkau jutaan orang tanpa penyaringan. Â
Namun, media digital juga dapat dimanfaatkan sebagai alat melawan hoaks. Pemerintah dan masyarakat memiliki kesempatan untuk mengubah teknologi digital menjadi senjata utama dalam perang informasi. Beberapa langkah strategis dapat dilakukan, di antaranya: Â
1. Menguatkan Literasi Digital
Literasi digital adalah kemampuan masyarakat untuk memahami, menganalisis, dan menyaring informasi yang diterima melalui media digital. Peningkatan literasi digital menjadi kunci dalam menangkal hoaks. Pemerintah, bersama dengan institusi pendidikan, komunitas, dan organisasi masyarakat, dapat menyelenggarakan program-program literasi digital yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Â
2. Mengoptimalkan Teknologi Deteksi Hoaks
Pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan algoritma dapat membantu mendeteksi dan menghentikan penyebaran hoaks di media sosial. Beberapa platform seperti Facebook dan Twitter telah mengadopsi teknologi ini, tetapi perlu pengawasan lebih lanjut untuk memastikan efektivitasnya. Â
3. Kolaborasi antara Pemerintah, Media, dan Masyarakat
Pemerintah perlu bekerja sama dengan media massa dan platform digital untuk menyampaikan informasi yang akurat dan terpercaya. Selain itu, masyarakat juga didorong untuk menjadi agen perubahan dengan menyebarkan informasi yang valid dan memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Â