Mohon tunggu...
Santha QhikaOctilla
Santha QhikaOctilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - UPN Veteran Yogyakara

Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Opini Mengenai Paham Kontruktivisme dalam Politik Luar Negeri Republik Indonesia sebagai Ketua G20

7 Desember 2024   22:20 Diperbarui: 7 Desember 2024   22:24 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebagai pemimpin G20 pada tahun 2022, Indonesia berperan penting dalam membangun kesepakatan global di tengah tantangan besar seperti pandemi COVID-19, konflik geopolitik, dan krisis ekonomi global. Dalam peran ini, pendekatan konstruktivisme dalam politik luar negeri Indonesia terlihat jelas. Konstruktivisme, sebuah teori hubungan internasional, menyoroti pentingnya identitas, nilai, dan norma dalam membentuk hubungan antarnegara. Pendekatan ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif, menitikberatkan dialog dan kerja sama berdasarkan nilai perdamaian dan keadilan.  

Dalam perspektif konstruktivisme, identitas negara memengaruhi kebijakan luar negerinya. Sebagai negara berkembang dengan sejarah panjang di gerakan non-blok, Indonesia membawa identitas tersebut dalam kepemimpinannya di G20. Melalui moto “Recover Together, Recover Stronger",Indonesia mengedepankan solidaritas global untuk menciptakan pemulihan ekonomi yang inklusif, mencerminkan komitmennya terhadap kolektivitas dan keberlanjutan yang menguntungkan baik negara maju maupun berkembang.  

Pendekatan konstruktivis ini juga terlihat dalam upaya Indonesia menyeimbangkan berbagai kepentingan di G20, termasuk negara-negara yang terlibat konflik geopolitik seperti Rusia dan negara-negara Barat. Sebagai mediator yang netral sekaligus pemimpin, Indonesia mendorong dialog berbasis norma dan nilai universal. Contohnya, Indonesia mengangkat isu-isu global seperti transisi energi, ketahanan pangan, dan kesehatan, yang relevan bagi seluruh negara, menunjukkan keyakinannya bahwa kolaborasi berbasis norma mampu mengatasi perbedaan kepentingan.  

Indonesia juga memanfaatkan pendekatan konstruktivisme untuk membangun citra internasionalnya sebagai negara yang dapat menjembatani perbedaan. Dengan posisi strategis di antara negara maju dan berkembang, Indonesia menciptakan ruang dialog yang inklusif di G20. Identitasnya sebagai negara yang mengedepankan multikulturalisme dan toleransi menjadi aset penting dalam memperkuat diskusi global.  

Melalui pendekatan konstruktivisme, Indonesia tidak hanya membawa G20 menuju hasil konkret, tetapi juga memperkuat perannya di dunia internasional. Dengan mendorong kerja sama multilateral berbasis nilai dan norma, Indonesia membangun kepemimpinan global yang relevan. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa konstruktivisme, yang menekankan identitas, norma, dan nilai, memainkan peran penting dalam membentuk politik luar negeri yang adaptif, berpengaruh, dan berorientasi pada kepentingan bersama.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun