Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tarif Parkir Mahal, Macet Jakarta Tak Kunjung Reda

7 Maret 2016   13:20 Diperbarui: 7 Maret 2016   13:58 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru saja Penulis keluar dari sebuah tempat perbelanjaan, kemudian berhenti sejenak dan mengamati struk parkir. Tertera didalamnya durasi berapa lama Penulis parkir dan nominal Rp.14.000,- dengan perhitungan biaya parkir yang dikenakan Rp.2.000,-/jam. Besaran nominal tersebut tentunya akan berbeda dengan jenis kendaraan beroda empat yang umum diterapkan di tempat-tempat menggunakan layanan jasa parkir.

Dibalik besaran biaya parkir yang dikenakan dalam benak Penulis pun berpikiran akan dampaknya kepada mengatasi kemacetan? Kita ketahui bersama, kenaikan tarif parkir pernah menjadi polemik di kalangan masyarakat bahwa kenaikan tarif parkir yang katanya akan membawa dampak kepada menurunnya penggunaan kendaraan pribadi.

Namun asumsi tersebut nampaknya terbantahkan oleh waktu disebabkan pada kenyataan sehari-hari permasalahan kemacetan di Jakarta tak kunjung usai malah semakin menggila. Kemacetan di jalan tidak hanya tercipta pada hari-hari sibuk maupun di jam-jam padat akan aktivitas melainkan sudah menjangkiti akhir pekan terkecuali masa pulang kampung di hari Raya Idul Fitri.

Permasalahan kemacetan di Jakarta memang ibarat untaian benang kusut yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, faktor lainnya pun ditunjang oleh faktor jumlah populasi yang terus bertambah, tidak terkontrolnya pembangunan hunian maupun perkantoran, ketersediaan prasarana jalan, kendaraan umum, dan lain-lain sebagainya. Pertanyaannya sekarang dimana hubungannya antara besaran tarif parkir dengan penyelesaian kemacetan?

Penulis mengimajinasikan besaran biaya parkir layaknya anda membeli Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kendaraan bermotor anda miliki, terlepas dari berapa harga perliternya yang fluktuatif tetapi tetap anda harus membelinya sebagai penunjang aktivitas keseharian. Penulis menilai bahwa besaran tarif parkir bukanlah sebuah solusi, bahkan hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja.

Kemacetan memang sudah menjadi makanan keseharian para manusia yang beraktivitas di Ibukota, sebuah masalah yang serba salah. Disatu pihak sebagai pengguna kendaraan bermotor seringkali dihimbau agar menggunakan transportasi umum, namun dilain pihak ketersediaan transportasi umum masih kurang dan bahkan jauh dari istilah nyaman serta aman. Menaikkan tarif parkir pun mungkin hanya akan menambah derita warga Jakarta yang mengundang polemik baru dan dampak sosial lainnya di masyarakat.

Bisa dikatakan penyelesaian permasalahan kemacetan dan alternatif solusi-solusi yang dipersiapkan saat ini akan percuma di kemudian hari, hal tersebut disebabkan solusi hanya fokus membenahi permasalahan di hilir bukan pada hulu-nya. Sudah harga mati kondisi Ibukota sudah pasti akan bertambah padat dilatarbelakangi oleh faktor pendukungnya, sekarang apa yang perlu dilakukan sekiranya meminimalisir permasalahan kemacetan Ibukota yang semakin parah?

Berkeluh kesah akan kemacetan Ibukota tidak akan menyelesaikan masalah, kemacetan di Ibukota butuh solusi tepat dan partisipasi masyarakat yang beraktivitas di Ibukota untuk sadar. Kerugian dari kemacetan bukan hanya waktu melainkan tenaga dan jumlah materi yang dibuang percuma, oleh karena itu maka diperlukan sebuah solusi dimana dapat mengurangi mobilitas di Ibukota. Apakah solusi itu, mari kita cari bersama-sama. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun