Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepakbola adalah Bisnis

7 Januari 2016   09:20 Diperbarui: 7 Januari 2016   09:22 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Musim kompetisi liga tahun 2015/2016 membuahkan sebuah cerita menarik kiranya bagi kompetisi liga Inggris dan Spanyol, yaitu pemecatan Jose Mourinho dari Chelsea dan tidak berselang lama Rafael Benitez dari Real Madrid pun ikut menyusul. Kedua pelatih memiliki track record mengesankan namun selayaknya bola itu bundar tatkala segala sesuatunya sulit untuk diprediksikan.

Mou mungkin dapat dikatakan yang paling tragis, setelah ia didepak dari Real di akhir musim 2012/3013 oleh Real Madrid, ia dipinang oleh klub lamanya Chelsea untuk kembali dipercaya menahkodai tim besar milik Roman Abramovich. Apa yang dilakukan Roman Abramovich pun menuai hasil, berkat daya magis Mou para punggawa Chelsea seolah kesetanan pada musim 2013/2014. Alhasil gelar liga Inggris pun Chelsea dapatkan menyertakan anak asuhannya Eden Hazard sebagai pemain terbaik liga Inggris musim tersebut.

Namun keadaan berubah 180° di musim 2014/2015, Chelsea layaknya tim pesakitan yang sulit sekali meraih hasil optimal bahkan ketika melawan tim-tim kelas dibawahnya. Chelsea pun terpuruk dan hampir sempat beberapa kali menyentuh jurang degradasi di papan klasemen, rumor apa yang membuat penurunan signifikan performa Chelsea disebabkan oleh suasana tidak kondusif di ruang ganti.

Salah satu penyebab yang ditenggarai sebagai awal mulanya adalah insiden murkanya Mou kepada salah satu tim dokternya Eva Carnerio saat laga imbang (2-2) melawan Swansea City. Perlahan setelah kejadian itu Chelsea tampil buruk dan inkosisten, isu pemecatannya pun menyeruak namun Mou tetap pede dapat bertahan menduduki kursi jabatannya dikarenakan empunya Chelsea Roman Abramovich masih mempercayainya.

Hingga akhirnya tepat pada tanggal 17 Desember 2015 Chelsea secara resmi memecat Mou, isu kurang sedap mengiringi kabar pemecatan ini yaitu dugaan adanya peranan beberapa pemain Chelsea yang mendorong agar Mou diberhentikan. Kini harapan bangkitnya Chelsea dari keterpurukan diamanatkan kepada Guus Hiddink, sedangkan Mou setelah pemecatannya dikabarkan masih diminati tim-tim besar yang ingin merekrutnya (salah satunya Manchester United) akan tetapi kemungkinan ia tampaknya lebih memilih melatih tim nasional Inggris.

Lain lagi ceritanya Rafa Benitez, setelah menukangi SS Napoli hingga akhir musim liga Italy 2014/2015. Ia mendapatkan pinangan dari Real Madrid sebagai suksesor Carlo Ancelotti yang diberhentikan oleh Real Madrid setelah 2 musim dan raihan gelar diantaranya 2014 Copa del Rey, 2014 Champions League, 2014 UEFA Super Cup, dan 2014 FIFA Club World Cup. Apa yang dicapai Carlo Ancelotti dinilai belum cukup oleh para petinggi Real Madrid, sebagaimana rival abadinya Barcelona masih merajai liga Spanyol.

Banyak pihak yang skeptis akan kehadiran Rafa Benitez di Real Madrid dimana citra Rafa sebagai pelatih spesialis perusak tim, keraguan pun muncul apakah ia mampu mengangkat Real Madrid sebagai klub terbaik di muka bumi ini. Benar saja, diawal kehadiran Rafa pun sudah menuai kontroversi akibat konfrontasinya dengan salah satu ikon besar Real Madrid yaitu CR7 sehingga timbul isu bahwa mega bintangnya tersebuh akan hijrah ke klub lain. Selain faktor akibat CR7, strategi yang Rafa Benitez terapkan ke skuad asuhannya tidak mempresentasikan gaya Real Madrid sebenarnya dimana cenderung bertahan ketimbang agresif menyerang.

Selain didepaknya Real Madrid dari kompetisi Copa del Rey 2015 akibat kesalahan administratif, kekalahan di kandang 0-4 saat laga El Clasico melawan Barcelona mungkin menjadi hal yang memalukan dan tidak dapat ditolerir oleh publik Madrid sehingga beberapa hari lalu Real Madrid memutuskan memecat Rafa Benitez dan ditunjuknya Zinedine Zidane sebagai care taker Real Madrid hingga akhir musim ini.

Dibalik apa yang terjadi baik kepada Jose Mourinho dan Rafa Benitez seolah menggambarkan bahwa industri sepakbola sebagai sebuah ajang bisnis, besaran uang yang digelontorkan oleh klub haruslah sepadan dengan raihan prestasi yang didapat dan bilamana tidak resiko pemecatan kepada manager merupakan resiko yang harus siap diterima. Namun dilain sisi kita juga dapat melihat bahwa peranan besar manager beserta raihan prestasi yang dimilikinya tidaklah mampu menyelamatkan diri mereka (para manager dari pemecatan) dari desakan-desakan jajaran nama besar para pemain yang diasuhnya.

Entah siapa lagi nama besar manager yang akan menyusul keduanya, namun demikian kabar tersebut adalah sebuah dinamika yang kerap terjadi di dunia sepakbola dan mengapa membuatnya terus menarik untuk disimak. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun