Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Perlunya Kedewasaan Terkait Pemblokiran Situs

2 April 2015   08:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:39 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengawali artikel ini Penulis dengan berat hati harus mengatakan bahwa lingkup kita sebagai warga negara Indonesia adalah bangsa yang sensitif dalam pengertian kita sebagai bangsa yang mudah sekali tersinggung, pemaknaan akan kata tersinggung disini yaitu suatu materi yang diangkat ke publik melalui ragam media sangat mudahnya diserap, mudah sekali bermunculan tanggapan, mudah sekali diarahkan, sebagai cerminan ketidakdewasaan jati diri bangsa ini seolah-olah segala sesuatunya tanpa solusi dan tidak dapat dimusyawarahkan. Apa yang Penulis kemukakan bukanlah bermaksud penghinaan, namun lebih kepada ajakan untuk mengkoreksi diri masing-masing marilah kita lebih dewasa dalam bersikap dan berpikir. Kita ini hidup berbangsa dan bernegara, namun justru perbedaan seakan-akan menjadi masalah yang tak kunjung selesai bagi bangsa ini dimana masing-masing individu layaknya hidup sendiri dan berbuat seenak maunya. Jikalau bangsa ini terus menerus tersendat akan segala bentuk permasalahan dimana segala sesuatunya harus dipeributkan, kapan bangsa Indonesia ini akan maju?

Artikel ini Penulis tegaskan bahwa tidak ada kaitannya maupun bermaksud SARA, isi materi lebih kepada menanggapi diblokirnya situs-situs yang dianggap menyebarkan paham radikalisme. Prihal pemblokiran beberapa situs yang dianggap menyebarkan paham radikalisme sontak menimbulkan polemik di kalangan masyarakat, hal ini Penulis rasa wajar dikarenakan beberapa situs-situs tersebut merupakan situs berisikan ragam informasi atau ilmu berkenaan dengan agama Islam dan kiranya segala sesuatu hal yang berkaitan dengan segala bentuk keyakinan adalah hal yang sangat sensitif sekali. Inilah pembelajaran bagi kita semua bahwa diawal-awal saja dalam merumuskan suatu masalah seolah bangsa ini tidak mampu memilah terlebih dahulu apa inti permasalahan tersebut. Kita ketahui bersama apa yang mengawali pemblokiran situs tersebut yaitu ISIS, pengrekrutan yang dilakukan oleh ISIS di Indonesia merupakan isu yang sedang menghangat. Diawali oleh dugaan hilangnnya 16 WNI di wilayah Turki, kemudian penggeledahan dan penangkapan terduga sumber pendanaan pengrekrutan ISIS menjadikan permasalahan ini sebagai bentuk ancaman bagi Indonesia dan sebagaimana perlu dilakukannya langkah antisipasi serta penindaklanjutan dimana ada indikasi bahwa ISIS masuk ke Indonesia melalui penyebaran propaganda mereka yang disinyalir melalui teknologi informasi.

Bahwa ada yang perlu dikaji ulang, prihal langkah antisipasi dan penindaklanjutan ISIS di Indonesia yang Penulis anggap sebagai poin mengapa pemblokiran situs-situs tersebut menjadi polemik saat ini. Apa yang Penulis amati dari bentuk pemblokiran situs yaitu tidak terwujudnya komunikasi serta koordinasi terlebih dahulu seakan-akan tindakan tersebut dilakukan secara sepihak antara BNPT dan Kemenkoinfo saja, namun tidak ada upaya mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan situs maupun ada langkah dialog membicarakan penindaklanjutan pemblokiran isi materi situs kepada penanggungjawab situs tersebut maupun para tokoh agama untuk sekedar bertanya apakah memang situs ini berisikan materi radikalisme yang ada kaitannya dengan paham atau propaganda ISIS. Memang mengenai Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) kiranya tidak diketahui banyak mengenainya dimana kaitannya dengan intelejen dan keamanan pertahanan negara, dibalik apa yang menengarai BNPT merekomendasikan pemblokiran situs tersebut tidak serta merta asal-asalan dan pastinya lebih dahulu dilakukan pengembangan penyelidikan sehingga membuahkan penindaklanjutan. Menanggapi pemblokiran ini pun pihak BNPT telah memberikan konfirmasi mengapa adanya rekomendasi tersebut melalui Humas-nya Prof Dr Irfan Idris MA.

Lalu bagaimana dengan tanggapan publik atau masyarakat terhadap pemblokiran ini? Inilah yang krusial dimana sebagian dari kalangan masyarakat menganggapi tindakan pemblokiran situs-situs tersebut sebagai bentuk Islamphobia atau bentuk ketakutan akibat dari kurangnya pengertian kurangnya informasi, dan kesalahpahaman terhadap ajaran agama Islam. Disaat kabar pemblokiran ini mencuat lalu seketika itu sebagian masyarakat mengecam tindakan tersebut, apa yang terjadi merupakan gambaran indikasi adanya komunikasi yang putus antara BNPT dan Kemenkoinfo kepada masyarakat maupun ada informasi yang putus sebagaimana media lebih dahulu mengekpos berita tanpa melakukan penelusuran guna melengkapi pemberitaan tersebut sehingga menyebabkan permasalahan baru. Penulis pun menanggapi apa yang dilakukan oleh sebagian masyarakat suatu hal yang dapat dimaklumi sebagai bentuk respon dari penyebab dari putusnya komunikasi dan kurang bijak serta tidak profesionalnya media mengemas suatu berita yang seolah menjual tanpa memikirkan apa dampaknya. Namun disisi lain Penulis prihatin dengan keadaan yang ada, entah mengapa setiap permasalahan di Indonesia ini seolah tanpa solusi. Terkait pemblokiran situs, sebagai seorang muslim bukankah ilmu khususnya ilmu agama bisa kita dapatkan dengan bertanya kepada orang yang lebih berilmu (para ulama), melalui ceramah, maupun ikutserta dalam aktivitas keagamaan. Ada solusi alternatif dari permasalahan tersebut, lalu mengapa dipeributkan?

Kiranya sudahlah untuk apa kita berkutit berlama-lama dengan masalah, ada kehidupan yang perlu kita lanjutkan dan ada hal yang jauh lebih dipikirkan bagaimana memajukan bangsa Indonesia ini. Cobalah kepada pihak-pihak yang ada kaitannya dengan pemblokiran situs untuk kiranya duduk satu meja bersama-sama secara kekeluargaan berdiskusi membicarakan apa yang menjadi inti permasalahan dan kepada media cobalah profesional dalam menyuguhkan berita jangan hanya memikirkan rating tanpa memikirkan dampaknya. Mari kita dewasa dalam berpikir dan bersikap, jangan kita layaknya anak kecil dimana ribut setiap kali muncul permasalahan. Sampai kapan bangsa Indonesia akan seperti ini, kapan Indonesia akan maju dan mandiri kedepannya? Semoga Indonesia menjadi lebih baik kedepannya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun