Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mensiasati Keharmonisan dalam Keluarga dengan Budaya Makan Bersama

24 Agustus 2016   16:04 Diperbarui: 24 Agustus 2016   16:14 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ada kalimat yang berkata demikian bahwa "keluarga bukan hanya sekedar hal yang penting, keluarga adalah segalanya". Didalam sebuah keluarga nampak bentuk dari kasih sayang, saling menghargai, saling menghormati, saling mengerti, saling tolong menolong, dan beragam contoh baik lainnya diantara anggota keluarga yang bersatupadu dalam keharmonisan dan kebersamaan. Setiap anggota keluarga memiliki peranan masing-masing yang menjadikan pilar dari seberapa kuat eratnya keterikatan mereka yang tercermin dari intensitas komunikasi dua arah yang tercipta.

Sebagai gambaran ketika baik Ayah maupun Ibu berperan optimal sebagai orang tua yang mendidik (internal) dan memberikan kasih sayang (bukan bersifat materi semata) kepada anak maka akan tercipta "feedback" dari sang anak dimana ia akan menjadi anak yang patuh kepada orang tuanya dan pribadi yang terdidik. Otomatis dari hubungan tersebut maka jalinan komunikasi diantaranya akan tersinkronisasi dengan baik.

Lalu pertanyaannya bagaimana membentuk keharmonisan dan kebersamaan didalam keluarga sedangkan kita ketahui di era sulit sekarang anggota keluarga dihadapi dengan aktivitas kesibukannya masing-masing? Ayah dan Ibu umumnya saling bahu membahu mencari nafkah dan sebagai anak fokus mengemban pendidikan di bangku sekolah, meluangkan waktu di sisa hari maupun libur akhir pekan tentunya tidak cukup untuk merajut hubungan keluarga yang renggang disebabkan oleh faktor kelelahan akan padatnya kesibukan. Oleh karena itu perlu cara dalam mensiasati hal tersebut, cara yang sederhana dan mudah dilakukan serta berkesan sehingga terjalin kedekatan dan kehangatan akan kebersamaan dalam keluarga.

Salah satu cara yang memungkinkan kebersamaan tetap terwujud adalah dengan makan bersama keluarga kapanpun itu waktunya sarapan pagi, makan siang, dan makan malam. Ketika makan bersama keluarga maka sesederhana itu komunikasi dapat berlangsung dan terbentuk keintiman diantara anggota keluarga. Namun menerapkan budaya makan bersama keluarga memiliki kendala dikarenakan budaya ini harus jauh-jauh hari dilakukan atau sudah menjadi pola hidup yang hinggap dalam keluarga, masing-masing anggota keluarga memiliki waktu luang, teratur dan terjadwal, serta tidak teralihkan dengan aktivitas lain.

Makan bersama keluarga harus menjadi momentum sakral dimana fokus rutinitas makan bertransformasi menjadi jalinan komunikasi, tidak ada salahnya ketika sedang makan kemudian disertai obrolan maupun menyimak masing-masing kehidupan anggota keluarga selayaknya orang tua perlu tahu seperti apa kehidupan anak begitupun sebaliknya. Intensitas komunikasi yang terbentuk akan menumbuhkan kesepahaman dan saling mengerti akan karakter masing-masing anggota keluarga, adanya keterbukaan ketika makan bersama keluarga di satu meja dapat di explorasi lagi untuk menutupi celah-celah renggangnya hubungan.

Budaya makan bersama keluarga juga bisa dimodifikasi agar jangan terlalu bersifat formal sehingga terkesan kaku, makan bersama keluarga bisa dilakukan pula diluar area rumah seperti restoran, tempat rekreasi, dimanapun dan kapanpun. Mengunjungi tempat-tempat baru ketika makan bersama keluarga maka selain memberikan sensasi pengalaman baru, lebih menarik, dan menyenangkan juga memungkinkan bahan materi baru didalam menjalin komunikasi antar anggota keluarga.

Interaksi yang secara continue dari kegiatan makan bersama keluarga lambat laun akan kita rasakan manfaatnya, walau pada akhirnya ketika anggota keluarga dihadapkan oleh kehidupan terpisah satu sama lain tetapi begitu kuatnya keterikatan yang telah terbentuk membuat hubungan keluarga akan terasa selalu dekat. Keluarga adalah segalanya, tanpa keluarga di ibaratkan kalimat sayur tanpa garam maka hidup akan terasa hambar. Keluarga adalah segalanya yang berarti kebersamaan dalam keberagaman yang membuat hidup akan lebih berwarna dan indah.

___

FB : Reno Dwiheryana

Twitter : tiere_eRDe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun