Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Menggusur Dominasi "Kebiasaan" Dengan GNNT

21 Maret 2015   21:24 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:19 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), pertama-tema kita perlu ketahui asal muasalnya. GNNT yaitu sebuah kegiatan dipelopori oleh Gubernur Bank Indonesia Bpk. Agus D. W. Martowardojo dalam rangka memperingati ulang tahun Republik Indonesia ke-69 dengan tujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen non tunai, diharapkan kedepannya dengan lahirnya gerakan ini dapat mensosialisasikan kepada masyarakat umum untuk lebih menggunakan instrumen non tunai khususnya ketika melakukan transaksi didalam kegiatan ekonominya agar mudah, aman dan efisien. Sebagai komitmen untuk mensukseskan GNNT sebelumnya pada tanggal 14 Agustus 2014 berlokasi di Mangga Dua telah dilakukan penandatanganan Nota Kesepahaman antara Bank Indonesia dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Pemerintah Daerah serta Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia.

Sebagai bagian dari masyarakat Penulis mengira bahwa sudah begitu banyaknya masyarakat yang menggunakan instrumen non tunai dalam aktivitas keseharian, apalagi melihat hampir keseluruhan kegiatan ekonomi menawarkan kemudahan transaksi menggunakan instrumen non tunai macamnya kartu kredit, kartu debit, dan elektronik cash. Belum lagi hampir keseluruhan bentuk usaha kini memberikan benefit secara cuma-cuma sebagai daya tarik kepada masyarakat untuk menggunakan instrumen non tunai, namun apa yang Penulis amati tersebut ternyata masih jauh dari yang dibayangkan dimana cakupan Indonesia dengan jumlah populasi penduduk yang besar dalam penggunakan transaksi non tunai masih terbilang rendah dibandingkan negara-negara di kawasan ASEAN.

Rendahnya penggunaan transaksi non tunai di Indonesia membuahkan pertanyaan di benak Penulis yaitu apa yang menyebabkannya? Penulis memperkirakan tampaknya untuk sebagian besar masyarakat di Indonesia masih mempercayakan uang tunai sebagai instrumen pembayaran yang digunakan dalam kegiatan ekonomi sehari-harinya. Hal ini cukup beralasan kiranya dimana masyarakat umumnya masih berpola pikir uang tunai sebagai bagian yang belum dapat terpisahkan dari mereka sebagaimana pula aktivitas kegiatan ekonomi keseharian yang berada dalam lingkungan sekitarnya belum banyak yang memberikan opsi kepada instrumen non tunai sehingga masyarakat masih dominan menggunakan uang tunai sebagai gambaran apa yang umum dilakukan orang banyak atau "kebiasaan".

Lalu apalagi yang menyebabkan mayoritas masyarakat ini mengidolakan uang tunai ketimbang instrumen non tunai? Tidak lebih dikarenakan tingginya rasa percaya masyarakat menanggapi uang tunai itu sendiri sebagaimana gambaran bagi mereka yang memprioritaskan uang tunai dianggap lebih dapat dipercaya ketimbang mereka yang menggunakan instrumen non tunai dimana transaksi menggunakan instrumen non tunai rawan akan tindak penipuan. Adanya rasa cemas dan kekhawatiran menjadi korban dari tindak penipuan maka mau tidak mau masyarakat masih memiliki keengganan yang sangat jika berkaitan dengan instrumen non tunai.

Kemudian menyingkapi masih tingginya penggunaan uang tunai juga dikarenakan oleh tidak berkembangnya sudut pandang terhadap fungsi lembaga keuangan atau Bank dimana masyarakat lebih memfavoritkan Bank hanya sebagai tempat untuk menyimpan uang saja. Walau ada bentuk penawaran instrumen non tunai dari Bank akan tetapi minimnya informasi yang masyarakat miliki menyebabkan ketidak ketertarikan masyarakat akan instrumen non tunai tersebut sekiranya walaupun mereka memiliki instrumen non tunai itu namun jarang mereka gunakan.

Penulis pun memperkirakan penyebab rendahnya transaksi non tunai oleh masyarakat di Indonesia dikarenakan minimnya sosialisasi untuk menggunakan instrumen non tunai itu sendiri, cakupannya apa yang umum dilihat diberbagai media adalah sisi daya tarik menggunakan instrumen non tunai atau bentuk promosinya saja akan tetapi informasi manfaat dan tujuan dari GNNT bisa terbilang hampir tidak ada sama sekali. Minimnya sosialisasi menyebabkan masyarakat tidak tahu persis apa alasan pasti yang mengharuskan mereka menggunakan instrumen non tunai dalam kegiatan ekonomi kesehariannya.

Tentunya masih banyak alasan lainnya yang menyebabkan masyarakat gemar menggunakan uang tunai ketimbang menggunakan instrumen non tunai, cakupan sudut pandang Penulis dari pengalaman menggunakan instrumen non tunai yaitu kemudahan, keamanan, jangkaun yang luas, dan efisiensi waktu. Mudah dikarenakan akses untuk transaksi non tunai kini dapat dikatakan dekat di lingkup sekitar kita macamnya gadget, komputer, hingga beragam anjungan non tunai kini banyak tersedia. Keamanan dikarenakan satu sisi sebagai pengguna instrumen non tunai dapat mengontrol instrumen non tunai yang ia miliki dan secara bersamaan dapat memantau siapa pihak yang bersangkutan ketika melakukan transaksi, dilain sisi ada semacam jaminan keamanan yang Penulis rasakan saat menggunakan instrumen non tunai ketika bertransaksi. Jangkauan luas dikarenakan memungkinkan Penulis dapat bertransaksi dengan berbagai pihak baik didalam maupun diluar Indonesia dan memberikan begitu banyak alternatif pilihan sesuai apa yang diminati. Sedangkan efisiensi waktu dikarenakan akibat faktor kemudahan itu sendiri yang menjadikan dibutuhkan sedikit waktu ketika bertransaksi sampai konfirmasi berhasilnya transaksi tersebut, dengan begitu lebih banyak waktu lagi untuk dimanfaatkan ke hal lainnya.

Dengan dicetuskannya Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) ini merupakan langkah positif yang diharapkan seiring waktu kedepannya dapat menggusur "kebiasaan" yang lekat di mayoritas masyarakat di Indonesia untuk menggunakan intrumen non tunai dalam kegiatan ekonominya sehari-hari. Memang adanya uang tunai masihlah diperlukan, akan tetapi perlu diterapkan pembatasan berapa nominal penggunaan uang tunai itu sendiri. Untuk transaksi yang menawarkan kemudahan, keamanan, dan efisiensi waktu Penulis menghimbau kiranya sudah saatnya kini masyarakat di Indonesia beralih ke non tunai, rasakan manfaatnya oleh diri anda sendiri dan bagikan pengalaman pribadi anda kepada khalayak umum sehingga Gerakan Nasional Non Tunai dapat sukses terlaksana. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun