Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengapa Menjadi PSK "Papan Atas"?

10 Mei 2015   11:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika mucikari RA menuturkan bahwa ia memiliki 200 pekerja seks maka dalam benak Penulis berkata jika saja dari jumlah 200 tersebut namanya terungkap siapa-siapa saja maka dunia hiburan tanah air akan heboh bukan main, sontak akan banyak pihak melalui media cetak dan elektronik khususnya infotainment yang menyanggah bahwa dirinya terlibat dalam prostitusi online yang RA lakukan. Akan tetapi tampaknya dugaan Penulis salah, seperti apa yang Penulis amati di sebuah program acara stasiun televisi dimana pihak Kepolisian hanya bertujuan mengungkap praktik mucikari dimana dilakukan oleh RA salah satunya dan itu sebabnya mengapa aktris AA tidak ditahan serta hanya dijadikan saksi.

Angka 200 ini pun masih dipertanyakan kebenarannya, namun kembali mengingat angka 200 sangat banyak dan jika saja diungkapkan ke publik maka kemungkinan besar pihak Kepolisian dan RA akan dituntut oleh berbagai pihak yang merasa dirugikan dengan laporan pencemaran nama baik. Oleh karena itu Penulis kira dengan tertangkapnya RA langkah pihak Kepolisian akan jauh lebih mudah mengungkap praktik prostitusi online di kalangan aktris, tinggal menelusuri informasi siapa-siapa saja mereka maka proses dibalik layar dilanjutkan dengan menciduk para pelaku serta penikmatnya.

Tertangkapnya RA membuahkan pertanyaan di benak Penulis mengapa menggunakan jasanya sebagai mucikari? Mengenai RA ini pun Penulis sarankan pihak Kepolisian perlu ditelusuri lebih dalam apa perannya selain sebagai mucikari serta siapa-siapa saja orang disekelilingnya, dipilihnya RA kiranya bukanlah suatu kebetulan.  Ibarat seorang makelar RA mendapatkan komisi apabila ia berhasil melakukan transaksi kepada pihak yang berminat, akan tetapi bukankah akses komunikasi jauh lebih mudah saat ini dimana mereka para pekerja seks dapat dengan sendirinya mempromosikan diri mereka? Logisnya apa penyebabnya dikarenakan tarif yang begitu tinggi yang dipatok oleh para pekerja seks, dengan tarif 80 juta sampai dengan 200 juta langkah mempromosikan diri tentu tidak semudah apa yang dikira layaknya tanah dengan harga mahal maka peminatnya pun terbatas. Akses mucikari RA mungkin hanya sebagai sarana untuk mempermudah kepada sekelompok pribadi yang secara ekonomi berlebih dan mau merogoh koceknya demi pelayanan esek-esek "papan atas" ini. Apabila sudah terjalin kiranya jasa RA tak lagi dibutuhkan dan mengapa seperti apa yang RA ungkapkan bahwa walau ia memiliki 200 pekerja seks namun ia tidak pernah merekrut langsung para pekerjanya.

Kemudian banyak publik yang bertanya-tanya mengapa bisa sampai mencapai harga fantastis seperti itu? Salah satu penyebab memang didasari oleh gaya hidup yang terlampau tinggi, namun tidaklah selalu demikian Penulis kira.  Salah satu faktor pendukung mengapa bisnis prostitusi di kalangan aktris terjadi juga dikarenakan sangat ketatnya persaingan di dunia hiburan. Mari kita bersama renungkan walau dunia hiburan seperti begitu luas dimana seorang aktris dapat terjun ke berbagai profesi, contohnya iklan, penyanyi, bintang film, bintang sinetron, host program televisi, bintang tamu program televisi, dan lain-lain sebagainya tidaklah sebanding dengan lonjakan banyaknya individu yang ingin menjadi selebritis dadakan. Kita ketahui dari tayangan televisi akan glamornya hidup seorang selebritis dimana penghasilan yang sangat besar memungkinkan hidup dengan aneka kemewahan, hal tersebutlah yang memotivasi mereka untuk menjadi selebritis dengan beragam cara seperti mengutamakan begitu rupawannya wajah, moleknya tubuh, hingga sesuatu yang kontroversial. Dunia hiburan saat ini berputar sangat cepat dimana yang lama maka akan segera digantikan yang baru, maka menjadi pertanyaan bagaimana upaya mereka bertahan dimana embel-embel status "selebritis" sudah terlanjur dikenakan? Maka status "selebritis" lah yang mereka jual dengan cara menjajakan diri.

Simpang siur akan tabir misteri prostitusi di kalangan aktris sedikit terbuka, namun apa yang jelas jangan terlalu menjadi konsumsi publik terus menerus karena semakin anda banyak tahu maka anda akan muak dan menyesal mengetahuinya. Dengan tertangkapnya RA oleh Kepolisian memang tidak menjamin praktik prostitusi terhenti, akan tetapi paling tidak semoga dapat meminimalisir rusaknya lingkup sosial masyarakat yang disebabkannya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun