Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Leicester, Investment High Risk High Return

4 Mei 2016   18:46 Diperbarui: 4 Mei 2016   18:52 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak kalangan menyatakan bahwa apa yang terjadi dengan Leicester layaknya cerita dongeng sebelum tidur, satu hal yang paling menguatkan diantara faktor lain yang menyebabkan mereka juara liga Inggris adalah pemain. Komposisi pemain yang dimiliki Leicester memang tak seberapa mentereng ketimbang tim besar di liga Inggris lainnya, seperti Manchester City, Manchester United, Chelsea, Arsenal, Liverpool, dan Tottenham. 

Apa yang C. Ranieri lakukan memang tidak bisa diterima dengan akal logis dimana liga Inggris dengan konsep sepakbola modernnya kini bertransformasi ke sektor bisnis dengan tagline "investment high risk, high return" serupa dengan beberapa klub besar di liga lainnya.

Dana besar yang digelontorkan oleh pihak klub untuk merekrut pemain-pemain bintang kelas dunia bukanlah sembarang hitungan matematis, langkah tersebut diambil bukan hanya bertujuan mendorong sebuah tim mencapai prestasi tertinggi melainkan diperuntukkan juga menambah pundi-pundi keuangan di sektor lainnya semisal penjualan merchandise, kaus, tiket, dan lain-lain sebagainya yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan klub seperti renovasi dan perawatan stadion, mengupgrade fasilitas, maupun lainnya.

Strategi ini merupakan win-win solution, mengapa? Ketika tujuan prestasi tidak tercapai maka pihak klub tidak secara penuh merugi. Contohlah apa yang terjadi dengan Manchester United sepeninggal era Sir Alex Ferguson, klub kebanggaan Inggris ini kolaps secara prestasi namun hal tersebut tidak mempengaruhi besaran pendapatan yang mereka dapat setiap tahunnya. 

Sebagai salah satu klub dengan fans terbanyak di muka bumi, Manchester United masih dapat bertengger di deretan 10 besar klub sepakbola dengan pendapatan tertinggi yang mereka dapat dari hak siar maupun sponsor. Di satu sisi benar pencapaian prestasi seharusnya akan menambah segi pemasukan yang mereka dapat, tetapi perlu diingat bahwa ada prasyarat yang harus terpenuhi terlebih dahulu yaitu kemenangan.

Liga Inggris sebagai liga yang menghadirkan kompetisi menarik dimana persaingan antar klub begitu ketat memiliki persentase risk (resiko) yang cukup besar, pada intinya prestasi bukanlah satu-satunya menjadi prioritas pemasukan bagi klub tetapi prestasi merupakan sebuah prestige (gengsi, wibawa, martabat) bagi klub. 

Mungkin berbeda ceritanya dengan yang dialami Leicester, prestasi meraih gelar liga Inggris bisa dikatakan diluar ekspektasi awal mereka maupun publik pecinta sepakbola. Raihan prestasi ini tentu menggenjot besaran pemasukan yang mereka dapatkan di musim ini dan di musim depan melalui masuknya Leicester ke kompetisi liga Champion dan investasi baru bagi klub. Kemudian capaian prestasi Leicester secara tidak langsung akan medongkrak nilai jual para punggawanya berkali-kali lipat dari nilai awal. 

Yang menjadi pertanyaan apakah konsep "investment high risk, high return" tak lagi efektif menindaklanjuti apa yang terjadi dengan Leicester? Tentu tidak karena apa yang terjadi dengan Leicester adalah anomali unik, sepersekian persen kemungkinan yang bisa terjadi dalam ranah sepakbola seperti kalimat "bola itu bundar" yang segala sesuatunya bisa terjadi. 

Konsep "investment high risk, high return" inilah yang berlaku di sepakbola modern sekarang yang telah meleburkan makna dari prestige dimana investasi besar-besaran dahulu dan prestasi akan menyusul. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. 

Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun