Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Konten LGBT Dilarang, Konten Digital LGBT Bebas Berkeliaran

1 Maret 2016   17:21 Diperbarui: 1 Maret 2016   17:51 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih teringat oleh Penulis ketika mengangkat tema merambahnya kaum homo di wilayah Depok yang dilansir dari sumber portal berita online, pada saat itu pernyataan Penulis bahwa homo adalah penyakit mendapatkan respon ketidaksetujuan oleh sebagian pihak.

Namun semenjak maraknya isu LGBT dan diangkat isu tersebut oleh sebuah program acara di stasiun televisi swasta kini mayoritas kalangan sepakat bahwa LGBT merupakan bentuk penyakit (kepribadian dimana seseorang mengalami prilaku penyimpangan seksual) dan dari kesimpulan mereka (LGBT) dapat disembuhkan (adanya keinginan untuk sembuh dari pribadi dan dukungan moril dari orang-orang disekitarnya) dan mereka tidak diperkenankan didiskriminasi. Konteksnya jelas bahwa kaum LGBT perlu dirangkul untuk kembali ke jalan yang benar dan keluar dari lingkaran kehidupan yang menyesatkannya itu.

Eksistensi LGBT sama sekali tidak diperkenankan di Indonesia, dalam artian dari segi agama jelas melarang dan secara hukum negara hubungan sesama jenis merupakan tindakan ilegal serta lingkup sosial masyarakat Indonesia tidak setuju dengan adanya LGBT. Upaya eksistensi kaum LGBT hanya akan mengundang polemik dimana bentuk penolakan terus menerus bergulir yang pada titik didihnya memungkinkan kondisi yang lebih parah dari keadaan sekarang dan oleh karena itu tidak ada opsi lain bagi kaum LGBT selain kembalilah ke jalan yang benar dan menjadi manusia normal pada umumnya.

Terlepas dari itu semua, ramai-ramai di media layaknya badai akan isu LGBT perlahan mulai mereda akan tetapi nampaknya dari pengamatan Penulis ada hal yang lepas dari perhatian masyarakat, media, dan pemerintah yaitu konten digital LGBT. Kita bersama ketahui saat ini adalah era digital dimana beragam macam konten digital berupa aplikasi seperti jejaring sosial dan chatting mewabah begitu mudah ditemui di perangkat personal atau gadget yang anda-anda bawa setiap waktu.

Lalu tahukah anda dari sebagian konten digital tersebut bahwa ada yang secara terang-terangan mengkhususkan bagi kaum LGBT sebagai penggunanya (user)? Macam-macam aplikasi tersebut dapat diunduh secara gratis, apakah hal ini pernah terendus sebelumnya dan apakah ada perhatian khusus untuk memblokir maupun melarang konten digital tersebut oleh pemerintah (Kemenkoinfo)?

Adanya konten digital dikhususkan bagi kaum LGBT tentunya menjadi bentuk kekhawatiran dan keprihatinan tersendiri, konten-konten tersebut jelas mengancam dalam artian kaum LGBT membentuk komunitasnya sendiri sehingga dapat menciptakan imune dalam upaya penyembuhan atau bentuk persuasif yang kita bersama lakukan bagi mereka demi menghindari tindak diskriminasi yang kaum LGBT rasakan dan agar dapat diterima di kehidupan sosial.

Selain itu adanya konten digital tersebut dapat pula mengancam generasi-generasi muda, umumnya mereka yang masih dalam tahap mencari jati diri (pubertas) dimana diliputi oleh rasa keingintahuan yang lebih serta mental yang masih labil. Begitu rentannya kepribadian mereka (muda mudi) memungkinkan dihanyutkan oleh sebagian pihak yang tidak bertanggungjawab untuk terjerumusnya kedalam lingkaran LGBT. 

Disini pula Penulis memberikan himbauan kepada para orang tua untuk sigap dan lebih perhatian dalam mengawasi buah hati anda-anda sekalian agar terhindar dari bentuk pengaruh-pengaruh dari prilaku tindakan menyimpang. Mungkin hal ini sebagai pemikiran Penulis yang terlalu berlebihan tetapi mungkin saja hal ini telah terjadi, tidak ada yang mengetahui secara pasti.

Pada inti poinnya segala bentuk eksistensi LGBT pasti akan bertemu dengan tembok kokoh yaitu penolakan dan meskipun temboh itu dirubuhkan dibaliknya akan ada hujaman tombak-tombak tajam yang terus melawan jangan sampai LGBT menghancurkan bangsa ini dalam keterpurukan dan kesesatan. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun