Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Bicara Moralitas "Sepihak"

26 April 2015   18:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:39 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menanggapi pemberitaan media yang kini kembali ramai membahas eksekusi mati terpidana kasus narkoba yang kemungkinan akan dilaksanakan tidak beberapa lama lagi, menurut Penulis apa yang dilakukan Presiden Perancis Francois Hollande melontarkan ancaman kepada negara Indonesia mengundang rasa prihatin kepadanya. Entah apa penyebabnya atau mungkin latah dengan apa yang pemerintah Australia lakukan sebelumnya, namun gambaran pribadi seorang pemimpin negara tidaklah pantas digambarkan dengan seperti itu. Bagaimana bisa seorang Presiden melontarkan ancaman hanya disebabkan oleh seorang warga negaranya yang jelas-jelas bersalah dengan tertangkap tangan ikut berperan dalam produksi narkoba dan kemudian pengadilan Indonesia memberi sanksi hukuman mati kepadanya. Ancam-mengancam bukanlah cerminan dari sebuah hubungan diplomasi yang baik apalagi ini menyangkut dua negara yaitu Indonesia dan Perancis. Pantas tidak kiranya mempertaruhkan jalinan hubungan dua negara yang dibangun sejak lama hanya dikarenakan diputus bersalah dan disanksi hukuman mati seseorang yang tersangkut kasus narkoba?

Dikutip dari berita online bahwa Serge ditangkap terkait pabrik narkoba yang berlokasi di Serang, Banten dan digerebek pada November 2005. Pabrik ini terbesar ketiga di dunia setelah di Fiji dan Tiongkok. Atas kesuksesan Mabes Polri itu, 9 orang juga ikut dihukum mati, termasuk Serge. Pada Maret 2015 Serge lalu mengajukan PK begitu mendengar namanya akan dieksekusi mati. PK ini lalu ditolak oleh MA pada Selasa (21/4) kemarin. (sumber : DISINI - Detik)

Jikalau mempertanyakan moralitas pemerintah Indonesia yang tetap bersikeras menegaskan kedaulatan bangsa Indonesia dengan melaksanakan eksekusi mati maka Penulis sarankan sebaiknya bagi siapa yang menentang untuk bertanya dimana moralitas individu-individu mereka yang terkait dengan beredarnya narkoba. Apakah mereka memiliki moralitas ketika memproduksinya, apakah mereka memiliki moralitas ketika mengedarkannya, apakah mereka memiliki moralitas akan dampak apa yang dapat disebabkan oleh narkoba yang mereka jual? Ini bukan permasalahan "hilang nyawa dibayar nyawa" namun lebih kepada pemerintah Indonesia berupaya tegas dengan hukumnya sebagaimana juga berkenaan dengan upaya memberantas narkoba dikarenakan kondisi Indonesia saat ini "darurat narkoba" disaat bersamaan pula dengan realita yang ada bahwa hukum di Indonesia masih menerapkan sanksi hukuman mati.

Masih banyak negara-negara lain yang menerapkan hukuman mati selain Indonesia, namun pernahkah terpikirkan mengapa seolah negara Indonesia seperti sosok yang paling "bersalah" disini dengan melaksanakan eksekusi hukuman mati? Jadi kiranya Penulis mohon cobalah sudut pandang pribadi lebih diperluas lagi, jangan apa-apanya dimana ada peraturan yang berlaku selalu saja dibenturkan dengan moralitas, padahal sangat jelas peraturan tersebut dilanggar dan tanpa disadari juga merugikan pihak lain serta sebagaimana seseorang yang melanggar peraturan ia harus mampu menerima konsekuensi apa yang dilakukannya. Memperhatikan apa yang pemerintah Indonesia lakukan mengenai pelaksanaan eksekusi mati ini akan berdampak keluar maka disaat hal ini pula yang merupakan pekerjaan rumah bagi Indonesia untuk menjadi negara yang mandiri. Dengan kemandirian maka dapat meminimalisir bangsa ini agar berpangkutangan terhadap negara asing yang terkadang bantuan yang diberikan dibarengi dengan harapan timbal balik di masa yang akan datang. Semoga Indonesia lebih baik kedepannya dan narkoba dapat diberantas habis dari bumi pertiwi ini. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun