Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Indonesia, Bangsa yang Sulit Move On

5 April 2015   20:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:30 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah Indonesia adalah bangsa yang sulit untuk move on? Dalam pengertian move on yang Penulis maksud yaitu lapang dada menerima keadaan dan terus melanjutkan kehidupan. Apa yang Penulis tulis menanggapi kejadian yang sepele sebenarnya yang terjadi beberapa hari lalu ketika menulis artikel "BBM Naik, Siapa yang Mau Disalahkan" dan kejadian ini bukan bermaksud mengeneralisir akan pandangan seseorang menjadikan bahwa kesemua orang seperti itu. Tepat pada 30 Maret 2015 Penulis mempublish artikel dimaksud, menurut record Kompasiana artikel tersebut sudah dibaca sebanyak 57 kali dengan total 8 tanggapan serta rating 1, didalam artikel tersebut sudah dishare sebanyak 10 kali melalui media Twitter dan 1 kali melalui media Facebook. Isi dari artikel tersebut menurut pandangan Penulis kiranya tidak bertentangan dengan apapun, sebagaimana isi artikel lebih memfokuskan kebutuhan hidup yang semakin sulit maka Penulis berupaya menyampaikan agar budaya berhemat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Dikarenakan rasa penasaran dan keingintahuan Penulis miliki, Penulis sering mengamati tanggapan apa yang dishare seseorang ke publik dalam pengertian ketika seseorang meng-share atau berbagi sebuah artikel tentunya ada semacam kolom untuk memberi judul dan disana umumnya kebanyakan orang mengutarakan unek-uneknya sebagai penilaian terhadap informasi yang ia bagikan. Ketika Penulis mengklik tombol jumlah share maka munculah informasi siapa-siapa saja yang mengshare artikel tersebut dan apa tanggapannya. Satu demi satu tampak normal layaknya mereka mempublikasi artikel tersebut dengan tanggapan yang dapat dimaklumi sosok karakternya seperti apa, namun ada yang membuat Penulis tertarik yaitu sebuah tanggapan menggambarkan Penulis "berpihak" membuat Penulis tersenyum simpul dan tertawa.

Apa yang Penulis pikirkan bahwa begitu mudahnya seseorang dalam menyimpulkan sesuatu hal, kiranya tanpa memaknai isi artikel dimaksud seseorang bisa langsung menilai bahwa orang yang menulis artikel tersebut berlawanan dengan apa yang diyakininya atau dianggap berpihak. Sebenarnya mudah saja untuk menyangkal tanggapan seperti itu, namun kiranya untuk apa menghabiskan waktu untuk menjelaskan ataupun memperdebatkan sesuatu hal yang jelas dianggap bertentangan dengan pihak bersangkutan. Waktu terus berjalan, hidup terus berlanjut, maka menurut Penulis ada lebih baiknya gunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Apa yang terjadi memang tidak dipungkiri masih sering terjadi di lingkup masyarakat, jumlahnya pun bisa dikatakan banyak. Percaya tidak percaya bahwa masih begitu banyak masyarakat di Indonesia yang larut dalam euforia Pemilihan Presiden tahun 2014 lalu, keberpihakan terhadap suatu pasangan masih kental dan melekat dari sudut pandang mereka, seolah-olah gambaran seandainya kandidat mereka terpilih maka Indonesia tidak akan mengalami kesulitan seperti saat ini. Fenomena dari apa yang terjadi persis sama ketika segelintir orang menyatakan bahwa zaman orde baru dahulu Indonesia jauh lebih enak ketimbang saat ini, namun disisi lain pandangan tersebut hanyalah ungkapan sepihak tanpa mengetahui lebih dalam apa yang sebenarnya terjadi saat itu.

Inilah pola pikir yang Penulis kira hingga saat ini menghambat majunya Indonesia dikarenakan masing-masing pihak memiliki visinya sendiri mengatasnamakan bahwa diri mereka mampu menciptakan Indonesia yang lebih baik. Tapi yang tidak mereka sadari bahwa tidak adanya pola pikir untuk bersinergi bersama-sama membangun Indonesia agar lebih baik kedepannya. Jika negara lain sudah berkembang maju menuju Z dimana masyarakatnya bahu membahu bersama untuk memajukan negaranya sedangkan Indonesia masih mempeributkan siapa yang pantas mengerjakan A dengan berupaya saling menjatuhkan, alangkah ironis bukan negeri ini? Oleh karena itu Penulis mengajak kita semua untuk cobalah sekiranya ubah pola pikir kita ini agar lebih dewasa, mau tidak mau pemimpin sudah terpilih dan pemerintahannya saat ini sedang berlangsung. Terkait apakah anda golput maupun kandidat anda tidak terpilih cobalah lapang dada ketimbang mempeributkan ataupun mengeluhkan keadaan, mengapa tidak berusaha bersama-sama membuat Indonesia ini lebih baik. Sekiranya anda tidak berkenan pula, paling tidak buatlah kehidupan anda pribadi lebih baik atau bermanfaat ketimbang hanya menjadi penghambat. Kita bisa saja mengemukakan ketidaksukaan terhadap suatu pihak, akan tetapi ingatlah bahwa kita ini hidup di Indonesia. Semoga Indonesia lebih baik kedepannya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun