Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Generasi yang Hilang, Bunuh Diri Oleh Anak

17 Maret 2015   20:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1426597081438688453

[caption id="attachment_355977" align="aligncenter" width="206" caption="#SayangiHidupAnda - DokPri Facebook"][/caption]

Entah apa yang terjadi akan tetapi nampaknya ada yang salah dengan zaman sekarang, beberapa saat yang lalu Penulis baru saja membaca artikel di Kompas.com mobile dimana diberitakan seorang bocah (kelas 5 SD) melakukan bunuh diri diduga karena tidak diberikan uang untuk perbaiki motor. Apa yang telah terjadi sungguh memprihatinkan dikarenakan kasus bunuh diri yang dilakukan anak bisa dikatakan tidaklah wajar mengingat dunia anak selayaknya penuh dengan masa bermain dan belajar. Kasus bunuh diri oleh anak bisa dikatakan cukup sering terjadi dan apabila dicermati dari isi pemberitaan terkadang disebabkan oleh hal-hal yang kiranya sepele, namun entah bagaimana bisa menyebabkan seorang anak hingga melakukan bunuh diri perlu ditelusuri lebih dalam.

Dalam kasus bunuh diri umumnya dilakukan oleh individu yang mengalami depresi tingkat akut, bisa disebabkan oleh permasalahan yang tak kunjung selesai atau menemukan solusi sehingga individu memutuskan bahwa dengan cara mengakhiri hidupnya adalah langkah yang tepat ia tempuh. Namun hal tersebut tentu tidak dapat dicerna dengan akal sehat apabila bunuh diri dilakukan oleh anak, apalagi dipengaruhi faktor umur seorang anak dan dunia anak yang ceria seharusnya kasus bunuh diri ini mustahil terjadi. Lingkup dimana seorang anak mengalami masalah dan disaat itu ia tidak menemui penyelesaian maka sewajarnya apa yang terjadi maksimal luapan emosi tergantung masalah yang dihadapi akan tetapi bukan dengan cara bunuh diri. Penulis berpendapat faktor informasi tanpa saring yang diasup oleh anak dan kurangnya perhatian (kasih sayang) keluarga mengindikasikan sebagai faktor penyebab kuat maraknya kasus bunuh diri oleh anak.

Di era teknologi informasi yang semakin berkembang, informasi sesuatu yang sangat mudah sekali didapatkan. Akses yang memungkinkan seorang anak mendapatkan informasi prihal seperti apa gambaran bunuh diri pastinya begitu dekat dengan apa yang anak-anak senangi khususnya di masa kini, diantaranya yaitu komik maupun game. Kedua hal ini Penulis dapat pastikan sangat mudah sekali mempengaruhi anak khususnya perkembangan otaknya dikarenakan selain mudah diingat, mudah diakses, dan membuat efek ketagihan yang sangat tinggi. Dikala masa perkembangan seorang anak, daya tangkapnya terhadap sesuatu hal sangatlah cepat.

Melihat dari apa yang pernah terjadi sebelumnya kita tentu ingat kasus tayangan World Wrestling Entertainment (WWE) dimana seorang anak memperagakan adegan aksi kekerasan hingga menyebabkan cedera serius kepada temannya, hal itu menggambarkan begitu rentannya otak anak terhadap sesuatu yang orang dewasa anggap berbahaya. Kemungkinan besar sama halnya dengan kasus bunuh diri oleh anak, apa yang terjadi si anak mendapatkan informasi seperti apa bunuh diri tanpa mengerti apa dampaknya sehingga dikala ia menemui masalah yang ia anggap tanpa penyelesaian maka bunuh diri dilakukannya. Permasalahannya adalah siapa yang mampu mengawasi aktivitas anak hingga 24 jam nonstop setiap harinya.

Kurangnya perhatian (kasih sayang) oleh pihak keluarga khususnya orang tua, Penulis anggap sebagai permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak saat ini. Faktor ekonomi Penulis kira dampaknya pun sangat minim dan apalagi sampai mengait-ngaitkan ekonomi keluarga terhadap menyimpangnya prilaku anak hingga menyebabkan bunuh diri oleh anak, Penulis rasa terlalu mengada-ngada. Faktor kesibukan orang tua Penulis mengira bukanlah menjadi dasar masalah ini karena ada pihak keluarga selain orang tua yang mampu menggantikan peran atau fungsinya saat anak berada di lingkup internal seperti keluarga, akan tetapi didalam keluarga orang tualah yang seharusnya menjadi sosok yang digugu dan ditiru oleh anak. Ketidakhadiran orang tua untuk menyempatkan waktu bersama anak disertai oleh minimnya perhatian baik berupa komunikasi dan pendidikan agama yang sepatutnya wajib diterapkan sejak dini kepada anak dapat menyebabkan rusaknya kepribadian dan kejiwaan anak akibat pengaruh dari luar tak terkecuali indikasi-indikasi rasa frustasi yang berujung bunuh diri. Ini yang seringkali luput dari perhatian orang tua dimana umumnya orang tua hanya melihat anak dari sisi luarnya saja tanpa memperhatikan dalamnya (batin) seperti apa.

Kejadian bunuh diri oleh anak adalah hal yang sangat mengerikan, apalagi kasus bunuh diri ini sering sekali terjadi patut diperhatikan dengan serius khususnya lingkup para orang tua. Jangan sampai negeri ini dipenuhi oleh generasi yang hilang (tujuan) dimana marak tindakan bunuh diri oleh anak, pentingnya peranan orang tua tak hanya mengawasi namun memiliki kemampuan untuk mendidik anak agar menjadi pribadi yang baik dan bermanfaat. Anak sebagai harapan orang tua dan anak sebagai generasi penerus bangsa, maka siapa lagi yang perduli jika tidak dimulai dengan diri kita pribadi yang suatu saat akan atau telah menjadi orang tua. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun