Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Film Lokal Berusaha Dicintai Tetapi Kok Begitu?

23 April 2015   21:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Entah ada apa dengan insan perfilman nasional saat ini apa memang mereka sudah kehabisan ide dengan materi yang ingin difilmkan, sekilas hal tersebut terpikir dibenak Penulis ketika melihat beberapa trailer film Indonesia yang akan segera tayang sebelum film The Avengers : Age of Ultron. Mohon maaf hampir kesemua film tersebut bertemakan sama yaitu "cinta", apa yang memperparah pandangan pribadi Penulis terhadap film nasional yaitu dari beberapa film tersebut menggunakan materi wanita berpenampilan seksi dan budaya pergaulan bebas. Memang disatu sisi juga menawarkan simatografi yang baik dimana melukiskan pemandangan betapa indah alam yang Indonesia miliki, namun sangat jelas bahwa bumbu-bumbu wanita seksi seolah digunakan untuk menarik minat penontonnya.

Ada apa sebenarnya dengan budaya ketimuran yang masyarakat Indonesia miliki, apakah budaya lokal tidak mempunyai daya tarik sebagaimana walau tidak diangkat sebagai film layar lebar kisah asmara Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri dari tanah minang begitu menghibur atau sinetron Si Doel Anak Sekolahan kiranya hingga saat ini masyarakat masih terkenang akan ceritanya. Sisi-sisi kehidupan malam, seks bebas, hidup mewah dan glamor yang kini banyak merambah perfilman nasional seperti dipaksakan untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Budaya ketimuran yang kita miliki sebagaimana pribadi-pribadinya yang ramah dan santun apakah memang telah hilang sehingga insan-insan perfilman saat ini menganggap bukan itu yang diminati oleh masyarakat.

Disaat bersamaan pemerintah menggelar sebuah kampanye dengan mencetuskan slogan "ayo nonton film Indonesia", menurut Penulis nampaknya akan sangat sulit terealisasi dalam waktu dekat. Selama film-film lokal tidak menunjukkan kemajuan baik ide, konsep cerita, dan kualitas peran maka masyarakat akan tetap mengidolakan film produksi luar negeri. Kiranya wajar pula bilamana ada penolakan mengenai pembatasan kuota film luar negeri di bioskop-bioskop tanah air, bagaimana tidak kalau film lokalnya sendiri tidak bermutu. Berusaha dicintai, kok begitu (kualitasnya)? Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Artikel terkait :

Industri Kreatif Perfilman Nasional yang Maju Perlahan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun