Fotografi dapat dikatakan sebagai salah satu hobi yang kini marak disegani oleh banyak kalangan (umumnya kaum pria), mungkin hal tsb didukung dimana saat ini perangkat dengan fitur kamera sudah banyak macamnya layaknya kamera handphone, kamera tablet, kamera pocket, maupun apabila anda memiliki kocek dana lebih anda dapat beralih ke kamera DSLR dengan aneka macam lensa serta pernak perniknya yang harganya tidak bisa dibilang murah. Tak sampai disana, maraknya hobi fotografi juga didukung oleh banyak munculnya grup (komunitas) hobi foto di macamnya jejaring sosial di masa kini yang memudahkan komunikasi antar pecinta fotografi bertukar informasi maupun hasil karyanya (jepretan).
Suatu ketika Penulis sempat mengobrol dengan seorang Dokter yang punya hobi fotografi, suatu moment yang berkesan karena mungkin dari pengalaman kerja Penulis sebelumnya kami berdua jadi berkesempatan berbincang sejenak mengenai fotografi. Beliau menanggapi maraknya hobi fotografi saat ini dikarenakan perangkat kamera yang mudah didapat yang semakin canggih dengan perkembangan teknologi yang semakin memudahkan baik proses maupun hasil fotografi. Beliau pun menceritakan masa lalunya dimana beliau mengikuti les khusus untuk mempelajari fotografi, bayangkan dengan masa kini dimana ada dapat menggunakan kamera digital jauh lebih canggih kamera konvensional (manual), anda dapat menjepret objek berkali-kali semampu memory stick yang anda miliki tak macamnya dahulu masih menggunakan roll film, dan berbagai perbandingan fotografi masa kini dan masa lalu.
Dilain pihak, kebetulan seorang teman Penulis tiba-tiba saja memiliki keinginan terjun ke dunia fotografi, terlepas dari apa maksud tujuannya sebuah kamera DSLR ia miliki. Dari sekedar iseng jepret sana jepret sini hingga akhirnya ia masuk ke beragam komunitas fotografi. Perangkat yang sebelumnya hanya menjinjing sebuah kamera berubah drastis dengan aneka macam beban (dalam tas fotografi) di pundaknya. Penulis tak dapat berbuat dan berkata apa-apa lagi, karena sudah menjadi keinginannya terjun ke dunia fotografi maka Penulis persilahkan sesuai kehendaknya sendiri. Sampai suatu saat teman Penulis menceritakan bahwa ia akan melakukan sesi foto tertutup dengan seorang model wanita, dimana para fotografer berkumpul menjepret model itu sebagai objeknya tanpa mengenakan busana.
Apakah Penulis kaget? Tidak, Penulis menanggapi hal tsb sebagai sisi lain (kelam) dunia fotografi. Mengapa demikian? Objek fotografi itu banyak sekali bentuk dan macamnya bahkan benda matipun masih sangat layak sebagai objek, namun entah mungkin sebagai proses pencarian jati diri (pubertas kedua) hingga objek wanita tidak mengenakan busana pun menjadi layak. Terserah mengenai apakah alasan mereka yang menyebutnya sebagai seni, namun Penulis berpendapat apa dikatakan layak sebuah seni dimana dapat mempengaruhi birahi seseorang.
Prihal ini jauh-jauh lama Penulis berkenalan dengan seorang model di negeri seberang sana, diselang-selang profesinya sebagai model ia pun pernah mendapatkan tawaran untuk melakukan sesi foto (tampil tanpa busana) untuk sebuah majalah dewasa kenamaan. Bertanya Penulis mengapa ia melakukannya, ia berkata bahwa hanyalah sekilas sebuah profesi yang ia geluti, ia merasa bangga dengan profesi tsb, ia merasa bangga dengan hasil sesi fotonya itu, ia mendapatkan sedikit ketenaran, dan ia mendapatkan bayaran yang besar. Namun jangan dahulu berpikiran buruk karena dari berbagai alasan yang diberikan semisalkan ketenaran yang tercantum di majalah dewasa tsb bukanlah nama aslinya melainkan nama tenarnya, 180 derajat sangatlah berbeda dengan apa yang ada di majalah dengan seperti apa kehidupan sehari-harinya, sampai kepada hasil fotonya pun jauh dari kata porno benar-benar memberikan gambaran siapa pun yang memfotonya sangat-sangatlah profesional dan punya kelas, dan yang mengejutkan ia melakukan tsb untuk membiayai biaya hidupnya pribadi, membantu pendidikan adik-adiknya serta ekonomi orang tuanya.
Sisi lain (kelam) dunia fotografi seperti yang Penulis jabarkan itu bukanlah rahasia lagi, banyak tidaknya tak ada yang dapat memastikan namun itulah yang terjadi. Janganlah kaget bilamana marak mengenai suatu kasus dimana foto-foto pribadi tersebar dikarenakan hal tsb seolah dibiarkan. Lingkup profesionalitas dan hobi inilah yang terkadang menjadi masalah di negeri ini dimana tak ada lagi batasan, siapapun diperbolehkan bagi yang ingin dan mampu membayar. Entah apa maksud dibalik itu semua, Penulis hanya dapat berpesan cobalah bilamana anda menggeluti sebuah hobi itu kiranya bermanfaat dan jangan malah hobi tsb memungkinkan menyeret diri anda kepada hal negatif. Apabila Penulis tidak salah ada kalimat yang mengatakan bukanlah kamera yang utama dalam fotografi melainkan individu dibalik kamera tsb dimana objek itu menarik kesemua itu tergantung siapa yang memfotonya. Menjadi pertanyaan apa jadinya bilamana individu yang memfoto tsb hanyalah seorang pemula? Demikian artikel berisikan opini Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik pribadi Penulis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H