Jakarta oh Jakarta kota metropolitan ku tercinta, kota Jakarta bagaikan berlian dihamburan batu krikil maka wajar bilamana banyak pihak berebutan sampai ribut baku hantam ingin memilikinya. Menindaklanjuti ramai-ramai jelang PilGub DKI 2017 yang masih satu tahun lebih lagi akan dilaksanakan, Penulis merasa lucu sendiri melihat perkembangan apa yang terjadi.
Kisruh soal kasus Sumber Waras dan reklamasi teluk Jakarta pada kesimpulannya sampai detik ini elektabilitas Ahok masih tertinggi dan tanpa pesaing, pertanyaannya mengapa? Niatan meng-TKO Ahok dari perebutan DKI 1 sangat jelas tercium dari kedua kasus tersebut, pada intinya ada keinginan Ahok terjerat dan menjadi tersangka dengan demikian otomatis tidak ada lagi calon independent dan PilGub DKI 2017 akan lebih kompetitif dengan munculnya calon lain ke permukaan.
Elektabilitas tinggi Ahok pun punya imbas kepada partai politik yang nampaknya lebih bersabar menanggapi situasi yang terjadi dan menunggu waktu yang tepat mengusung calon kuat PilGub DKI 2017 dari kubu mereka, pinangan untuk DKI 1 kiranya sudah lebih dahulu disampaikan cuma saja partai politik tidak mau gegabah diliputi oleh kekhawatiran jika mengusung calon kuat diawal akan tetapi elektabilitas Ahok masih tinggi juga maka diibaratkan kalah sebelum berperang.
Hal tersebut dilatarbelakangi dari bagaimana kondisi pro kontra dari sosok Ahok yang menjadi viral di berbagai media tak terkecuali di Kompasiana. Kita bisa amati dengan mata kepala kita sendiri seperti apa atmosfer jelang PilGub DKI 2017 dari dua kubu yang saling berseberangan, begitu banyak energi yang dihabiskan bahkan menimbulkan pertanyaan apakah mereka yang ribut-ribut itu warga Jakarta atau bukan?
Kemudian Penulis juga menyoroti saling serang antar kedua kubu pro dan kontra, Jakarta macamnya sarang semut yang sedang diusik sehingga penghuninya kalang kabut. Semua seolah ribut hanya dikarenakan secuil rempahan roti, padahal Jakarta ini begitu luas diikuti jumlah populasi penduduk yang tidak sedikit.
Menyangkut penggusuran memang kita tidak bisa mengesampingkan bahwa kemiskinan ada di Jakarta, tetapi menyelesaikan permasalahan kemiskinan di Jakarta caranya tentu bukan dengan hanya ribut beropini mencari kambing hitam untuk disalahkan. Pekerjaan rumah Jakarta menumpuk banyak Bung, kalau setiap hari diisi oleh ribut-ribut melulu kapan mau selesainya? Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI