Suatu hari mendekati penghujung tahun 2013, bel kediaman Penulis tinggal berdering lalu Penulis beranjak keluar dari kamar dimana seiring jalan orang tua Penulis berkata "mungkin itu yang antar obat, ini resep obatnya". Segera Penulis menuju pagar pintu depan rumah dan benar saja mas-mas yang biasa mengantarkan obat sedang menunggu. Biasanya Penulis hanya menyerahkan resep obat dan menukarkannya dengan obat yang dipesan, namun mas pengantar obat berkata "mas, ada yang saya ingin bicarakan dengan Ibu". Lantas Penulis pun membukakan pintu dan mempersilahkan duduk, kembali masuk kedalam rumah memanggil orang tua.Orang tua dan mas pengantar obat itu pun mengobrol di ruang tamu tanpa Penulis ketahui apa yang dibicarakan. Sampai pada akhirnya Penulis bertanya kepada orang tua mengenai apakah pembicaraan tsb dikarenakan apa yang sebelum terjadi suatu yang tidaklah biasa. Orang tua pun menjelaskan bahwa mas pengantar obat itu memberitahukan bahwa apotik yang biasa orang tua memesan obat akan segera tutup dengan begitu orang tua Penulis harus mencari tempat lain untuk menyediakan obat yang dibutuhkan.
Apa yang Penulis dapatkan dari hikmah kejadian diatas bukanlah bahwa orang tua Penulis harus mencari apotik lain karena itu tidaklah menjadi masalah, melainkan apa yang dibenak Penulis saat itu bahwa seseorang akan kehilangan pekerjaannya. Mas pengantar obat itu akan menganggur dan ia harus mencari pekerjaan baru untuknya, bagaimana apabila ia memiliki keluarga dan bagaimana ia akan menafkahi hidup keluarganya dan dirinya sendiri? Dari sekian pertanyaan yang ada di benak Penulis, tentunya jauh lebih banyak lagi pertanyaan yang akan dihadapi oleh mas pengantar obat itu.
Penulis pun merenung sejenak berdiam diri dan menyimpulkan bahwa "dunia ini tidaklah pasti". Satu kejadian tsb langsung menjawab keingintahuan Penulis saat itu dimana tak hanya mas pengantar obat itu saja yang mengalaminya, kehilangan pekerjaan mungkin saja menghampiri setiap manusia siapapun ia. Di dunia, hidup manusia bisa saja berubah 180 derajat diluar dugaan manusia. Disaat bersamaan waktu mungkin ada manusia yang kaya ataupun miskin mendadak, mungkin ada manusia yang mendapatkan kenaikan pangkat ataupun justru PHK, mungkin ada manusia yang terlahir di dunia ataupun manusia yang meninggalkan dunia, serta kemungkinan-kemungkinan lainnya dimana menguatkan bahwa dunia ini tidaklah pasti.
Penulis pun kembali merenung memikirkan bagaimana tingkah laku manusia di dunia, tak jarang kita lihat begitu banyak manusia seolah berlaku bahwa dirinya abadi di dunia dimana hidup seolah tak ada pilihan dan menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Sibuk dalam keseharian mencari harta dengan alasan bertahan hidup, melainkan sebenarnya adalah menyambung hidup untuk hari ini bukannya mencari harta layaknya abadi di dunia. Selayaknya harta itu merupakan benda mati yang abadi di dunia, namun seiring waktu manusianyalah yang silih berganti mengisi dunia. Dunia layaknya sebuah stasiun dikala manusia itu mempersiapkan bekal (amalan) untuk perjalanannya dan juga mempersiapkan bekal (ilmu yang bermanfaat) bagi mereka yang ditinggalkan. Segala pencapaian di dunia akan manusia tinggalkan dan akan menjadi pertanggungjawabannya untuk dirinya sendiri kelak nanti. Tentu pada akhirnya menjadikan sebuah pertanyaan "bagaimana manusia menyingkapi dunia dengan ketidakpastiannya ini?" sebagaimana dunia ini hanyalah sementara. Semoga saja ada manfaat yang dapat diambil dari materi renungan ini dan semoga dapat mengingatkan pribadi untuk terus menerus berusaha bersyukur dengan apa yang ada. Demikian artikel berisikan opini Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik pribadi Penulis. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H