Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

BBM Naik, Siapa yang Mau Disalahkan?

30 Maret 2015   20:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:46 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bahan Bakar Minyak (BBM) kembali naik untuk kesekian kalinya dimana Premium yang harga  sebelumnya Rp.6.800,-/liter kini menjadi Rp.7.300,- /liter dan Solar yang harga sebelumnya Rp.6.400.-/liter kini menjadi Rp.6.900,-/liter. Walau pemerintah berasumsi kenaikan ini disebabkan oleh dua faktor diluar kendali mereka yaitu harga minyak dunia dan mata uang Dollar US, namun sebagian masyarakat menganggap kenaikan Rp.500,- merupakan cerminan ketidakperdulian pemerintah kepada nasib rakyatnya. Kenaikan BBM ini pun menjadi perhatian kalangan media yang langsung menyoroti dampak dari kenaikan tersebut, diantaranya naiknya tarif angkutan umum dan naiknya harga kebutuhan pokok di pasar serta memicu aksi demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan BBM di beberapa wilayah Indonesia.

"Berhemat maka kamu takkan melarat"

Menanggapi apa yang terjadi menurut Penulis suatu hal yang klasik atau biasa terjadi, dampak dari kenaikan BBM bukanlah lagi menjadi rahasia. Lalu apa yang perlu kita lakukan, apakah dengan mencari kesalahan akankah bermanfaat? Apakah dengan mengeluh maupun melakukan aksi demo menyelesaikan permasalahan? Apakah dengan mendesak pemerintah menjawab apa yang mendasari keputusan menaikkan harga BBM memberikan kepuasan? Penulis yakin kesemuanya jawaban pertanyaan tersebut tidak, karena sering kali negeri ini lebih dahulu berupaya mencari-cari kesalahan akan tetapi melupakan fakta yang ada bahwa Indonesia merupakan negara pengimport minyak diakibatkan tingkat konsumsi BBM dalam negeri lebih tinggi ketimbang produksi BBM nasional.

Terkait belum transparansinya prihal penetapan harga BBM maupun pro kontra bahan bakar premium yang hingga kini belum terjawab maka kiranya sebagai rakyat Indonesia marilah kita membudayakan hidup berhemat. Berhemat bukan dalam artian hidup pelit, sebagaimana hidup berhemat yaitu memanage keuangan dimana besaran pendapatan disesuaikan dengan apa-apa saja yang kiranya penting atau benar-benar dibutuhkan dan syukur-syukur masih ada sisa untuk ditabung demi keperluan dimasa yang akan datang. Salah satu faktor dimana orang banyak mengatakan hidup ini semakin susah bahwa apa yang mendasari pernyataan tersebut yaitu disaat ini justru semakin banyak keperluan yang seolah dibutuh-butuhkan namun apabila direnungkan secara seksama ternyata tidak seperti apa yang dibayangkan. Apa yang dialami oleh Indonesia merupakan pembelajaran dimana selalu ada hikmah dari setiap kejadian, kenaikan BBM bukanlah hal langka sebagaimana kenaikan BBM walau terasa berat namun Indonesia masih tetap bertahan dan berusaha bangkit dari keterpurukan. Semoga Indonesia lebih baik kedepannya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Semoga bermanfaat dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun