Tentu kesemua itu tergantung kepada persona blogger masing-masing akan materi apa yang ia sering bawakan, bagaimana kualitas tulisannya, serta kecakapan personalnya dalam membentuk personal brandingnya.
Pada hakikatnya tujuan membentuk personal branding di Kompasiana ialah kelak para Kers dapat mengasah diri, menjadi pribadi yang maju dan mandiri seiring akan bertambahnya peluang di luar Kompasiana serta kelak mereka akan menjadi contoh kepada para Kers lain akan bagaimana sosok seorang blogger yang sukses.
Namun demikian bukan maksud tujuan Penulis untuk menjadikan Kers sukses bak "kacang lupa pada kulit" maupun "anak ayam kehilangan induknya". Para Kers sukses itu kelak tidak meninggalkan Kompasiana, sebagaimana mereka secara berkelanjutan berkontribusi menulis artikel di Kompasiana dan terus memberikan inspirasi.
Gambaran diatas tersebut menjadi alasan mengapa Penulis pernah mengutarakan ide kepada Kompasiana agar mencantumkan achievement para Kers di dalam kolom profile, baik itu achievement berupa award maupun juara lomba yang diadakan di Kompasiana, semata-mata hal itu bertujuan untuk menambah "nilai jual" Kers.
Sayang hingga saat ini ide tersebut belum terealisasi. Cita-cita akan personal branding yang dimaksudkan lambat laun sirna, hanya direpresentasikan dalam laporan K-Rewards bulanan yang ironisnya dilandasi oleh jumlah tingkat keterbacaan dimana kondisi K sekarang kian sepi oleh pembaca alih-alih jumlah konten yang semakin banyak.
Seperti kita ketahui bersama bahwa para Kers terdiri dari beragam latar belakang, sadar tidak disadari jumlahnya terus bertambah dan tidak dipungkiri ada kiranya menjadikan menulis guna menjemput rezeki. Mereka butuh tempat untuk mengaktualisasi diri agar bisa maju dan berkembang, tidak sekadar hanya menulis, menulis, dan menulis tanpa tujuan.
Tetapi apakah Kompasiana paham mengenai ini? Apakah kiranya Kompasiana sanggup mengempani seluruh Kers yang berkontribusi di platformnya? Penulis yakin tidak akan bisa.
Penulis sadar betul toh Kompasiana bukan ibarat milik "nenek moyang elo". Kompasiana merupakan sebuah produk dari empunya, mereka punya misi dan target, mereka juga harus jualan, dan mereka harus berupaya agar dapurnya dapat terus mengepul.
Penulis sadar betul bahwa Kompasiana sudah besar. Kompasiana bukan lagi ibarat balita yang membutuhkan tumpuan untuk berjalan, Kompasiana kini sudah besar dan dewasa yang dapat menentukan arah masa depannya sekalipun ditinggal oleh punggawa-punggawa lamanya.
Sedangkan siapa Penulis? Penulis hanya sebagai Kers bak bulir yang datang dan pergi tersapu ombak dan kalaupun hilang di lautan takkan ada yang mencari ataupun mengingat. Kalaupun mangkat maka paling yang hadir sekadar ucapan duka cita hingga karangan bunga. Rangkaian kata di Kompasiana ini kelak hanya akan menjadi bilangan biner yang tidak ada orang yang paham makna dan perjuangan dibelakangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H