Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Presiden BWF Minta Maaf, Maafin Enggak Ya?

23 Maret 2021   11:31 Diperbarui: 23 Maret 2021   11:59 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Badminton (cnbcindonesia)

Dikutip dari laman Kompas.com. Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) menyatakan bahwa apa yang dialami tim Indonesia pada All England 2021 menjadi pelajaran sangat serius.

BWF menyatakan hal tersebut dalam bagian permintaan maaf mereka secara resmi terkait insiden yang dialami tim Indonesia pada ajang All England 2021 di Inggris, Senin (22/3/2021).  

Melalui presidennya, Poul-Erik Hoyer, BWF menginformasikan kejadian yang menimpa tim Indonesia menjadi pelajaran yang sangat serius bagi induk bulu tangkis itu dalam mempersiapkan ajang berikutnya.

Dia berjanji akan berusaha keras untuk bisa menyiapkan turnamen dengan lebih baik lagi.

Ibarat pepatah "nasi sudah menjadi bubur", permohonan maaf yang ditujukan kepada Presiden BWF baik kepada Presiden Joko Widodo, Menpora, Menlu, Dubes Indonesia untuk Inggris, Ketua Umum PBSI dan segenap rakyat Indonesia menurut Penulis tak sepenuhnya mampu mengobati kekecewaan atas prilaku diskriminasi yang telah BWF lakukan kepada tim badminton Indonesia dalam ajang All England.

Permintaan maaf Presiden BWF secara tidak langsung memperlihatkan gelaran All England 2021 dipersiapkan secara terburu-buru tanpa memperhatikan protokol kesehatan di negeri Ratu Elizabeth seutuhnya maupun keselamatan bagi para peserta.

Sikap panitia yang meminta atlit badminton Indonesia harus pulang berjalan kaki dari tempat turnamen menuju hotel setelah dinyatakan harus mundur dari All England sungguh diluar nalar. 

Bagaimana mungkin penerapan protokol kesehatan dikatakan ketat sedangkan atlit yang "katanya" terindikasi Covid-19 dibiarkan jalan kaki menuju hotel. Nampak sekali ada misinformasi dan wujud ketidakprofesionalan yang menyebabkan tim badminton Indonesia sangat dirugikan.

Perih ya, tetapi kiranya tidak seberapa dengan sakit yang para atlit badminton Indonesia rasakan yang sudah berlatih keras dan berjuang guna mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.

Namun begitu para atlit badminton harus dapat move on dan segera pulih untuk fokus ke Turnamen BWF World Tour selanjutnya yang dijadwalkan akan digelar di India pada pertengahan bulan Mei 2021.

Sampai saat ini pandemi Covid-19 memang sedang berlangsung dan dunia bersama-sama melawannya. Jumlah kasus Covid-19 yang beranekaragam dihadapi oleh masing-masing negara menjadikan setiap negara yang menjadi tuan rumah ajang olahraga untuk betul-betul mempersiapkan event dengan matang. 

Kita bisa belajar dari Jepang yang menjadi tuan rumah olimpiade Tokyo 2021 yang hingga kini belum ada kepastian pelaksaannya. Karena dibalik pertimbangan maupun persiapan, Jepang sangat menginginkan pelaksanaan ajang akbar olahraga tersebut dapat berjalan sukses serta berkesan.

Kembali kepada permintaan Presiden BWF ini tentu kiranya tidak akan membatalkan gugatan yang diajukan oleh Komite Olimpiade Indonesia kepada CAS. Kelalaian BWF dalam ajang All England sangatlah fatal mengingat historik turnamen tersebut serta nama Indonesia dalam turnamen badminton yang telah berusia seadab lebih itu.

Kalau Penulis bisa memilih opsi, pengunduran diri Poul-Erik Hoyer selaku Presiden BWF akan lebih tepat guna mencairkan suasana serta menyegarkan visi dan misi baru BWF kedepan selaku induk bulu tangkis. Aspek keselamatan dalam suatu ajang olahraga saat pandemi harus menjadi prioritas.

Bagaimanapun lingkup olahraga telah menjadi bisnis maupun sportainment, tidak bisa dipisahkan dari aspek situasi kondisi dunia saat ini. Diskriminasi yang BWF lakukan kepasa para tim badminton Indonesia Penulis menilai kurang baik pula terhadap perjuangan akan kampanye "StopAsianHate" dimana tindak diskriminasi ditimbulkan menjadi ancaman dan dapat pula menjangkiti penduduk dunia. Dan olahraga sejatinya dapat menjadi contoh, bukan hanya aspek menghibur tetapi mengedepankan sportivitas, kesetaraan, maupun keadilan.

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun