Kita bisa belajar dari Jepang yang menjadi tuan rumah olimpiade Tokyo 2021 yang hingga kini belum ada kepastian pelaksaannya. Karena dibalik pertimbangan maupun persiapan, Jepang sangat menginginkan pelaksanaan ajang akbar olahraga tersebut dapat berjalan sukses serta berkesan.
Kembali kepada permintaan Presiden BWF ini tentu kiranya tidak akan membatalkan gugatan yang diajukan oleh Komite Olimpiade Indonesia kepada CAS. Kelalaian BWF dalam ajang All England sangatlah fatal mengingat historik turnamen tersebut serta nama Indonesia dalam turnamen badminton yang telah berusia seadab lebih itu.
Kalau Penulis bisa memilih opsi, pengunduran diri Poul-Erik Hoyer selaku Presiden BWF akan lebih tepat guna mencairkan suasana serta menyegarkan visi dan misi baru BWF kedepan selaku induk bulu tangkis. Aspek keselamatan dalam suatu ajang olahraga saat pandemi harus menjadi prioritas.
Bagaimanapun lingkup olahraga telah menjadi bisnis maupun sportainment, tidak bisa dipisahkan dari aspek situasi kondisi dunia saat ini. Diskriminasi yang BWF lakukan kepasa para tim badminton Indonesia Penulis menilai kurang baik pula terhadap perjuangan akan kampanye "StopAsianHate" dimana tindak diskriminasi ditimbulkan menjadi ancaman dan dapat pula menjangkiti penduduk dunia. Dan olahraga sejatinya dapat menjadi contoh, bukan hanya aspek menghibur tetapi mengedepankan sportivitas, kesetaraan, maupun keadilan.
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H