Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kalau Memang KLB Deli Serdang Ilegal, Kenapa Kubu AHY Gentar?

8 Maret 2021   13:46 Diperbarui: 8 Maret 2021   14:17 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketum Partai Demokrat AHY (Kompas)

Bahwasanya dari awal isu pengambilalihan kekuasaan di partai Demokrat mencuat nampak sekali kekehawatiran dari kubu AHY jika saja aksi "kudeta" yang mereka wanti-wanti menjadi kenyataan.

Mungkin hal tersebut wajar karena partai Demokrat tidak memiliki haluan, sedangkan kewenangan sah atau tidaknya KLB ada pada Kemenkumham yang notabene ada pada kubu pemerintah. 

Dan mengapa kiranya menjadi alasan kubu AHY meminta pemerintah ikut turun tangan guna menyelesaikannya. Akan tetapi dengan kubu AHY meminta Presiden Jokowi untuk turut serta dalam kisruh internal partai jelas tidak bisa dibenarkan, hal itu dapat memberikan penafsiran penyalahgunaan kekuasaan oleh Presiden.

Dengan kubu AHY mendatangi Kemenkumham menurut Penulis itu sebagai langkah yang tepat, bijak, dan lebih beretika karena kubu AHY mendapatkan jawaban serta kepastian hukum akan statusnya. Kubu AHY pun dapat segera mempersiapkan langkah kedepan guna menghadapi konsesi yang dibuat oleh KLB Deli Serdang.

Menindaklanjuti KLB Demokrat di Deli Serdang, Penulis melihatnya sebagai upaya sembrono, upaya nekat yang tidak memiliki kekuatan valid sama sekali.

Apakah KLB di Deli Serdang itu dikatakan sesuai syarat dan ketentuan maka itupun hanya pandangan sepihak, karena apabila dari Kemenkumham memutuskan KLB itu tidak sah dan AHY masih sah sebagai Ketua Umum Partai maka dengan kata lain kubu Moeldoko hanya bisa gigit jari. Menurut Penulis akan lebih baik bilamana kubu Moeldoko membentuk partai baru sebagai upaya yang jauh lebih realistis dan gentle.

"dalam politik tidak ada musuh maupun kawan abadi"

Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

___

Sumber : CNN Indonesia, Tempo, Kompas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun