Akan tetapi apakah Pemprov DKI menganalisis terlebih dahulu apakah para pesepeda tersebut aktif atau menjadikan sepeda sebagai moda transportasi utama? Penulis kira tidak seluruhnya demikian.
Bila diamati mayoritas pesepeda ialah individu yang memanfaatkan sepeda sebagai sarana olahraga. Dengan kata lain, lajur sepeda umum dimanfaatkan bagi masyarakat yang berkegiatan olahraga tetapi bukan atau jarang sekali kepada mereka yang menggunakan sepeda semisal untuk pergi bekerja (Bike to Work).Â
Fakta di lapangan menunjukkan bahwasanya transportasi roda dua dan roda empat masih menjadi moda transportasi favorit masyarakat.
Lalu soal jalur sepeda permanen di Jalan Sudirman-Thamrin yang penulis nilai mubazir. Mubazir bukan arti tanpa manfaat karena adanya lajur sepeda tersebut tetap dapat digunakan oleh masyarakat umum.
Hanya saja yang jadi pertanyaan penulis, apakah Pemprov DKI tidak mengamati dengan cermat para pesepeda yang melewati Sudirman-Thamrin?
Adanya lajur permanen memang sangat membantu masyarakat yang ingin bersepeda melintasi kawasan tersebut, tetapi tidak bagi rekan-rekan pesepeda jenis road bike yang notabene memilih bersepeda di bidang jalan yang lebih luas.
Alasan memilih area bidang jalan yang lebih luas pun bukan tanpa alasan dikarenakan para pengguna road bike umum bersepeda secara berkelompok dan melaju dengan kencang. Lantas apakah lajur sepeda permanen di Sudirman Thamrin ini berlaku pula kepada mereka?
Selain dari sisi penggunaan, lajur permanen sepeda di Sudirman Thamrin ini pun penulis menilai tidak layak karena minimnya rambu-rambu keselamatan. Di beberapa titik lajur sepeda di wilayah tersebut bersinggungan dengan arah belokan kendaraan lain, alhasil bilamana baik pengguna sepeda maupun kendaraan bermotor lalai atau lengah maka memungkinkan terjadinya kecelakaan.
Secara kesimpulan banyak hal yang perlu dikaji ulang perihal lajur sepeda di ibu kota, jangan keberadaan lajur sepeda ini seolah-olah dipaksakan.Â
Ada baiknya Pemprov DKI fokus kepada perbaikan kualitas jalan, di mana manfaatnya jelas dapat dirasakan oleh seluruh pengguna transportasi, tak terkecuali Jalan Sudirman-Thamrin yang banyak tambalan.
Demikian artikel penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.