Kemudian parasut orang setidaknya si penerjun mampu mengontrol arah parasutnya dan mereka membawa parasut cadangan untuk mewanti-wanti parasut utama gagal mengembang. Sedangkan kondisi diatas sangat tidak memadai seandainya parasut disematkan pada pesawat.
Anda bisa bayangkan bilamana sebuah kompartemen berdimensi besar dan berat berton-ton yang mampu menampung sekitar lebih dari 50 orang didalamnya kemudian diangkut oleh parasut terobang-abing di udara dan jatuh di antah berantah. Kira-kira akan sebesar apa wujud dan seberat parasutnya? Bukankah semakin berat pesawat maka ia semakin tidak efisien?
Lalu pernahkah Anda membayangkan konsekuensi kemungkinan pesawat menggunakan parasut itu mendarat dimana? Pesawat atau kompartemen menggunakan parasut itu bisa saja jatuh di tebing curam pegunungan, jurang, hutan belantara, laut, dan lain sebagainya. Terpikirkan tidak bagaimana kondisi penumpang didalamnya? Dengan kata lain, persentase keselamatannya pun berkurang.
Lalu pernahkah Anda membayangkan pula seandainya bukan permasalahan mesin yang menjadi penyebab kecelakaan, semisalkan saja pesawat mengalami stall atau pesawat kehilangan daya angkat. Pertanyaannya apa mungkin kondisi tersebut memastikan parasut pada pesawat dapat digunakan?
Dari pembahasan singkat diatas, oleh karena itu Penulis katakan pembahasan menyoal parasut pada pesawat berdimensi besar itu mustahil direalisasikan.
Penulis kira semua pakar kedirgantaraan berusaha bagaimana untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan pada pesawat terbang. Namun solusi parasut pada pesawat jelas bukan jawabannya. Mereka lebih fokus bagaimana mengembangkan teknologi yang memungkinkan pesawat laik terbang, nyaman bagi penumpang, serta agar dapat selamat sampai tujuan. Dan alasan mengapa hingga saat ini transportasi udara memiliki persentase keselamatan tertinggi dibandingkan transportasi darat maupun laut.
"Segala sesuatu terjadi atas kehendakNya".
Demikian artikel Penulis. Mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H