Lionel Messi menerima umpan dan berlari menggiring bola ke arah gawang. Namun saat Messi ingin menembak bola, ia lebih dahulu dijegal oleh Bek lawan.
Sekilas gambaran diatas merupakan sedikit contoh penggunaan kata "jegal" dalam permainan sepakbola. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jegal memiliki makna menjatuhkan orang lain dengan mengait kakinya, menghalangi atau menjatuhkan karier orang lain, dan sebagainya.
Hal ini pun semakin menarik ketika dikaitkan dengan pandangan akan upaya para Menteri dalam Kabinet Jokowi yang mengkritisi keputusan dadakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta pada hari Senin, 14 September 2020.
Kiranya kita tahu akar permasalahannya dimana antara Pemprov DKI dan pemerintah pusat seharusnya perlu berkoordinasi bersama prihal penanganan pandemi Covid-19 di Ibukota. Lantas yang jadi pertanyaannya sekarang ialah Anies ini dijegal karena dan dengan tujuan apa?
Sebagai contoh penggunaan kata "dijegal", bukankah ini mendeskripsikan bahwa ada upaya pihak lain untuk menjatuhkan karier Anies? Semisalkan saja karier politiknya, mungkin.
Terkait hal diatas maka bukankah berarti orang yang memandang Anies dijegal menganggap bahwa sosok Anies memiliki keistimewaan?
Apakah keistimewaannya itu? Hingga kini belum ada satupun pihak yang mengumbarnya, namun kerap kali Anies dibela atas kritik terhadap tindak tanduk yang ditujukan kepadanya.
Jujur Penulis sebenarnya sedikit terheran-heran dengan sosok Anies Baswedan. Penulis bertanya-tanya mengapa Anies selalu diposisikan sebagai objek penderita atau korban oleh para simpatisannya?
Secara nalar kalau idola mereka memang memiliki keistimewaan maka kenapa tidak suarakan saja? Lalu coba perhatikan apakah selaras dengan penilaian masyarakat Jakarta pada umumnya terhadap kinerjanya sebagai Gubernur.
Menurut Penulis penggunaan kalimat Anies dijegal alamatlah terlalu lebay. Apabila yang mengemukakan Anies dijegal untuk tujuan apa pun itu masih tanda tanya? Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2022 atau Pemilihan Presiden 2024? Ah itu masih terlalu lama, sedangkan urusan pandemi Covid-19 saat ini belum dan entah selesai kapan.
Penulis cukup heran kenapa Anies Baswedan seolah-olah diasumsikan sedang atau selalu dihalang-halangi? Andaikan Anies Baswedan maju pada Pemilihan Gubenur 2022 maupun Pemilihan Presiden 2024, kenapa harus dikhawatirkan? Toh itu baru andai. Selama Anies memenuhi syarat untuk maju dalam pemilihan itu sah-sah dan tinggal apakah Anies mampu meyakinkan seluruh warga untuk memilihnya.