Beberapa waktu lalu baik di televisi maupun berita online ramai memberitakan kisah dari seorang anak bernama Dimas Ibnu Alias berasal dari Rembang, Jawa Tengah dimana siswa kelas VII itu terpaksa mengikuti pelajaran di sekolahnya sendirian disebabkan ia tak mempunyai ponsel untuk mengikuti pembelajaran secara daring.
Ayahnya yang hanya seorang nelayan dan ibunya yang bekerja sebagai buruh pengeringan ikan membuat Dimas harus ikhlas menjalani kegiatan sekolah sehari-hari tanpa kehadiran teman-temannya yang belajar di rumah.
Ketika kisah tersebut diangkat, menurut kabar kini Dimas telah memiliki ponsel. Hal itu dikonfirmasi oleh postingan medsos sebuah produsen smartphone yang turut membantu Dimas memiliki sebuah ponsel. Dimas kini tak lagi harus ke sekolah karena ia sekarang bisa belajar secara daring bersama teman-temannya yang lain.
Kisah Dimas diatas bisa dikatakan sebuah keberuntungan karena diangkat oleh media. Kiranya masih banyak anak-anak yang kini duduk di bangku sekolah di masa pandemi menghadapi masalah yang serupa seperti Dimas sebelumnya dan berharap ada dermawan yang memberikan bantuan.
Namun terkait kepemilikan ponsel ini agar murid dapat mengikuti proses belajar secara daring memang bisa dibilang sebuah keniscayaan yang memang sekarang dibutuhkan, mengingat kegiatan belajar siswa di sekolah sampai saat ini belum bisa dilaksanakan akibat pandemi Corona.
Hanya saja menurut pandangan Penulis, dengan anak memiliki ponsel bukan berarti permasalahan selesai sampai disitu.
Apa yang Penulis maksudkan dengan "permasalahan" yaitu dalam cakupannya untuk mengikuti kegiatan belajar secara daring maka ada unsur-unsur yang musti dipenuhi, seperti besaran biaya untuk membeli kuota, jaringan koneksi yang baik, serta pemahaman akan teknologi.
Anggaplah orangtua dapat memenuhi kebutuhan anak akan kuota internet dan bersyukur jaringan koneksi data di wilayah tersebut berjalan baik, akan tetapi pemahaman akan teknologi baik orang tua dan anak masih rendah ini pun akan menyulitkan.
Dalam kasus yang Penulis temui, baik orang tua dan anak benar-benar tidak paham dengan apa yang Guru maksudkan. Boleh dibilang secara pengoperasian ponsel baik orang tua dan anak tidak menghadapi masalah. Hanya saja pembelajaran daring yang diberikan oleh pihak sekolah merupakan hal yang baru bagi mereka.
Dikarenakan umum pembelajaran secara daring ini menggunakan ponsel berbasis sistem operasi Android maka permasalahan yang umum dihadapi oleh orang tua siswa, seperti lupa password email, instalasi aplikasi, pengoperasian aplikasi, dan sebagainya.
Mungkin Anda berpikiran, oh kasus gagap teknologi hanya terjadi di daerah terpencil. Nyatanya tidak, di kota besar macam Jakarta permasalahan gagap teknologi tak jarang ditemui.