Belum lama ini jagad maya dihebohkan dengan viralnya uang logam pecahan Rp 1.000 berlambang kelapa sawit terbitan tahun 1993 dikarenakan harga jualnya yang tinggi. Dalam unggahan gambar pada situs jual beli online memperlihatkan uang logam tersebut dijual dengan harga belasan hingga ratusan juta rupiah.Saat dimintai tanggapan oleh media, pihak Bank Indonesia melalui Kepala Humas Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko menjelaskan bahwa uang tersebut belum ditarik dari peredaran dan masih berlaku sesuai nominal yang tertera.
Mungkin materi ini terdengar rasa basi mengingat sudah adanya klarifikasi dari pihak Bank Indonesia yang menyatakan bahwa uang logam berlambang kelapa sawit pecahan Rp.1.000,- masih berlalu dan belum dikategorikan sebagai uang kuno.
Akan tetapi bila ditelaah lebih lanjut, ada sisi menarik dari kehebohan akan uang logam tersebut dimana ada sangkut pautnya dalam dunia marketing.
Hal pertama tentu bilamana Anda cermati yaitu bagaimana kehebohan timbul dikarenakan unggahan uang logam Rp.1.000,- yang dibanderol belasan hingga ratusan juta rupiah.
Dari situ bisa kita tarik kesimpulan bagaimana unggahan berikut serta pemberitaan mampu memberikan efek psikologis kepada publik.
Dalam dunia markerting, hal tersebut dikenal sebagai "psikologi marketing". Psikologi Marketing yaitu kumpulan teori yang digunakan untuk mengoptimalisasi fungsi pemasaran dalam bisnis.
Sebagai gambaran, bagaimana pencantuman nilai jual yang terbilang tidak masuk logika dari uang logam Rp.1.000,- mampu menarik perhatian publik banyak.
Penulis yakin dari pemberitaan tersebut tak sedikit dari pembaca yang menilai ini sebagai peluang dan memeriksa apakah Anda turut mengoleksi uang logam tersebut.
Nampak sederhana namun seperti itulah konsep dari psikologi marketing. Efek yang dibentuk mampu membius orang banyak. Seperti halnya promo belanja atau diskon yang seringkali Anda temukan baik di pusat perbelanjaan maupun toko online yang tujuannya ialah agar orang berbondong-bondong membeli produk yang ditawarkan.
Hal yang kedua yaitu mengenai ranah Pembeli dan Penjual. Sebagaimana kita ketahui dalam dunia pasar mengenal istilah "Pembeli adalah Raja".
Namun tahukah Anda di era jual beli modern saat ini bahwa Penjual dapat bebas semau mereka?