Suatu ketika seorang perceramah berkhotbah di mimbar depan para jamaah. Ia menceritakan suatu cerita yang menarik dan kaya makna untuk didengar.
Alkisah Malaikat Izrail datang berkeluh kesah ke hadapan Allah ta'ala.
Malaikat Izrail berkata, "Ya Allah, aku sedang sedih sekali".
Allah pun bertanya, "ada apa gerangan wahai Malaikat Izrail? Apa yang menyebabkan engkau sedih?"
Malaikat Izrail menjawab, "Ya Allah, aku sedih disebabkan tugas ku atas perintahMu mencabut nyawa manusia. Aku khawatir kelak manusia akan membeciku karenanya."
Dengan lembut Allah segera menenangkan kegundahan Malaikat Izrail dengan berkata, "janganlah engkau merasa khawatir wahai Malaikat Izrail. Manusia tidak akan membenci mu, karena Aku akan memberikan sebab-sebab kematian kepada mereka."
Lantas apa yang bisa kita tarik dari kisah di atas? Bahwasanya dalam setiap kematian manusia, apakah itu ia mengalami penyakit kanker, jantung, gagal ginjal, stroke, hingga Coronavirus sekalipun pada hakikatnya semua itu merupakan sesuatu yang menjadi kehendak dan kewenangan Allah ta'ala.
Sebagaimana umat Islam tentu tahu mengenai apa yang Penulis jabarkan berikut. Bahwasanya pada 40 hari janin masa dalam kandungan maka Allah telah catat takdir manusia. Kematian itu tidak bisa ditundak-tunda dan merupakan hak prerogatif Allah dimana hanya Ia pula yang Maha Tahu kapan saatnya. Kematian itu suatu yang pasti setiap manusia akan hadapi, kematian yang utama bagi manusia ialah bekal akhirat manusia dan apakah manusia mampu menjawab pertanyaan kelak dari Malaikat Munkar dan Nakir.
Menanggapi situasi dan kondisi berkabung menghadapi wabah Coronavirus seperti sekarang ini maka alangkah konyol bilamana kita sebagai umat beragama tidak membawanya kepada kuasa dan kehendak Allah ta'ala didalamnya.
Penulis mengamati bahwasanya tak sedikit manusia memaksakan keterbatasan nalarnya serta ketidakmampuan kontrol emosinya untuk tidak menyatakan kesemua yang kita hadapi ini sebagai sebuah musibah.Â
Padahal secara jelas didepan mata, Coronavirus ini adalah musibah di mana apakah manusia baik maupun buruk sama-sama menghadapi dan merasakan dampaknya. Hanya saja ada yang membedakan dari keduanya ialah dimana manusia yang baik akan mengambil hikmah dari musibah tersebut untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah ta'ala, sedangkan manusia buruk maka ia akan kian terpuruk dan semakin menjauhkan dirinya kepada Allah ta'ala.