Kurang lebih 4 bulan sudah semenjak virus misterius dari Wuhan yang telah di identifikasi sebagai Coronavirus atau COVID-19, terus berekspansi ke seluruh daratan penjuru dunia. Virus yang belum ditemukan obatnya ini, bertransformasi menjadi pademi global yang berdampak kepada beragam aspek kehidupan manusia.
Penulis dapat katakan bahwa tidak satu pun negara di muka bumi ini yang siap menghadapi serangan dadakan dari Coronavirus. Walau hasil jerih payah negeri Tirai Bambu mampu menekan tingkat penyebaran wabah Coronavirus, pada kenyataannya mereka masih menghadapi pekerjaan rumah yaitu upaya penyembuhan pasien-pasien positif yang terinfeksi dan mencegah agar epidemi Coronavirus tidak terulang.
Negara adidaya seperti Amerika berikut para sekutu dibuat mati kutu tak kuasa menghadapi ganasnya Coronavirus menyerang warganya. Segenap usaha dilakukan, namun kasus positif Coronavirus seolah tidak dapat terbendung dimana jumlahnya terus bertambah dan menyebabkan jatuhnya korban.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Setelah kasus pertama dikemukakan pada awal bulan Maret ini, wabah Coronavirus di Indonesia lambat laun berubah menjadi ancaman nyata yang kini masyarakat sadari bersama. Kasus pasien positif Coronavirus mengalami peningkatan yang signifikan dari hari ke hari, pemerintah pun berupaya bertindak cepat guna mengatisipasi dan menghentikan laju berkembangnya virus yang tidak mengenal kata lelah ini seiring usaha agar para pasien yang terinfeksi dapat sembuh.
Berkaca pada kasus Coronavirus yang terjadi di belahan dunia, bahwasanya kemungkinan akan lonjakan massive kasus positif Coronavirus bisa saja terjadi di Indonesia ditenggarai oleh berbagai faktor, semisal ketidakpatuhan warga atas imbauan pemerintah. Oleh karena itu perlu kiranya langkah-langkah konkrit untuk mengatisipasi terjadinya kemungkinan terburuk dihadapi oleh negeri ini, diantaranya :
1. Menambah tempat karantina untuk menampung ODP dan PDP
Ya sebagaimana kita bersama ketahui bahwasanya pemerintah telah mempersiapkan lokasi penanganan bagi pasien positif Coronavirus, seperti Wisma Atlet Kemayoran yang notabene disulap menjadi Rumah Sakit Darurat COVID-19 dan dilansir dapat menampung sebanyak 3000 pasien.
Kita tentu tidak ingin pademi Coronavirus ini berlangsung lama dan terus menginfeksi banyak orang di Indonesia.Â
Akan tetapi bagaimanapun pemerintah harus lebih dahulu mempersiapkan rencana untuk menghadapi situasi terburuk kedepannya, termasuk mempersiapkan destinasi lokasi-lokasi mana saja yang memungkinkan dijadikan alternatif sebagai Rumah Sakit Darurat COVID-19 berikutnya. Tentu perlu sinergi antara pemerintah pusat maupun daerah dalam menentukan lokasi yang tepat, jangan sampai seolah mereka bekerja sendiri-sendiri.
2. Ketersediaan Alat Pelindung Diri (APD)
Dibalik wabah Coronavirus yang melanda Indonesia maupun dunia, tentu kita tidak bisa memalingkan diri melupakan jasa para tenaga medis yang tiada lelah untuk berjuang menyelamatkan para pasien yang terinfeksi Coronavirus.
Dibalik kegigihan para tenaga medis itu pula maka kita juga ketahui bahwa keselamatan mereka sebagai garda terdepan memerangi Coronavirus menjadi prioritas utama. Ketersediaan APD merupakan syarat mutlak yang wajib terpenuhi agar menjamin keselamatan para tenaga medis maupun menghindari meluasnya penyebaran Coronavirus. Dengan kata lain, pemerintah sejatinya musti melakukan permintaan APD secara berkelanjutan hingga status darurat wabah Coronavirus dinyatakan selesai.
3. SDM Tenaga Medis
Sebagaimana Penulis telah sampaikan pada nomor dua, maka yang menjadi pertanyaan besar bilamana terjadi situasi terburuk wabah Coronavirus di Indonesia ialah berapa banyak jumlah SDM tenaga medis di negeri ini?
Perlu Anda ketahui dan ingat baik-baik, bahwasanya dunia saat ini tidak hanya sedang berperang melawan pademi global Coronavirus, melainkan pula meladeni permainan urat syaraf dari virus misterius ini. Lepas dari gambaran dampak krisis ekonomi global yang diakibatkannya, Coronavirus turut pula menyebabkan dampak psikologis bagi diri manusia maupun kepada pola hidupnya.Â