Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Aroma Tidak Sedap dalam Skandal Garuda Indonesia

7 Desember 2019   12:32 Diperbarui: 7 Desember 2019   20:10 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skandal Garuda Indonesia (wartaekonomi.co.id)

Ketiga. Ada pepatah mengatakan, "seribu teman kurang, satu musuh kebanyakan". Indikasi ini merujuk kepada "mungkinkah" ada pihak yang berencana untuk menjatuhkan?

Tentu ini perlu ditelusuri bagaimana atmosfer di Garuda Indonesia saat ini, apakah AA merupakan sosok yang disegani atau tidak? Bagaimana iklim kerja di Garuda Indonesia, apakah produktif atau tidak? Maupun kondisi yang lain yang mengarahkan.

Dalam sebuah perusahaan tidak hanya yang "bonafide", unsur ketidaksenangan antar satu pihak kepada pihak lainnya bukanlah hal tabu dimana poin untuk meraih hasil yaitu "prestasi". Senggol sana senggol sini itu hal yang lumrah, bahkan dinding pun seolah dapat mendengar.

Kenapa Penulis bisa menyimpulkan demikian? Karena bisa Anda lihat dengan mata kepala sendiri bahwa skema ini memang terbentuk. Secara kebetulan, Menteri BUMN baru yaitu Erick Tohir dimana punya tugas pokok membenahi armada BUMN. Kemudian prihal karangan bunga? Kenapa Penulis jadi ingat kasus penolakan Ahok di Pertamina dimana ujuk-ujuk ada pihak yang sontak keberatan soal itu. Lalu prihal video "Ferrari" di maskapai Garuda Indonesia, kok baru sekarang munculnya?

Lepas dari itu semua. Mari kita bersama-sama tunggu bagaimana cerita akhir skandal yang terjadi di Garuda Indonesia ini. Semoga menuju hal yang baik dan produktif. Kembali artikel ini hanya buah dari pemikiran, tinggal kepada bagaimana Anda menyimpulkan. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun