Pil pahit harus ditelan timnas Indonesia setelah kalah ketika melawan timnas Malaysia pada laga pembuka Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Kamis (5/9/2019).Â
Kedua tim saling berbalas gol, namun timnas Indonesia yang sempat dua kali unggul tak mampu berbuat banyak hingga timnas Malaysia berhasil membuahkan gol di menit-menit akhir injury time dan membawa poin penuh.
Penulis yang menonton laga tersebut sebetulnya diawal sudah pesimistis dengan bagaimana hasil pertandingan. Entah mengapa, hal ini selalu terjadi ketika timnas Indonesia bertanding.Â
Akan tetapi gol-gol yang dicetak oleh Beto seperti membawa harapan bahwa timnas akan menang. Apa daya ibarat kalimat bola itu bundar, maka tentu tak satu pun warga Indonesia yang menginginkan kekalahan yang begitu menyakitkan ini.
Dalam pengamatan Penulis, secara kualitas permainan timnas Malaysia jauh lebih terorganisir. Walaupun mereka terkadang melakukan kesalahan-kesalahan kecil seperti salah operan, namun mereka mampu mempertahankan bola lebih lama, memanfaatkan lebar lapangan lebih baik, serta fighting spirit pemain lebih terlihat.
Sebaliknya kondisi berbeda di timnas Indonesia, kondisi unggul dua kali tidak dimanfaatkan dengan baik oleh mereka. Mohon maaf dari pengamatan Penulis, pemain timnas Indonesia terlalu sering melakukan kesalahan, berlama-lama dengan bola, teledor dalam memainkan bola di daerah pertahanan sendiri, dan sebagian pemain cenderung malas-malasan baik dari sisi menyerang terlebih bertahan.
Hal tersebut begitu terlihat, mana kala ketika timnas Indonesia menyerang memanfaatkan sisi lapangan. Pemain tidak mendapatkan backup atau satu dua pemain yang berusaha membantu maupun memberikan opsi operan.Â
Jarak pemain terlalu jauh dan respon pemain yang mencoba membackup sangat lambat, alhasil pemain pada sisi lapangan harus berjuang sendiri untuk mendistribusikan bola ke pertahanan lawan.
Kemudian prihal pola alur bola. Lini tengah timnas Indonesia seperti tidak berkutik manakala timnas Malaysia melakukan pressing mulai dari 3/4 luas lapang. Alhasil pola serangan Indonesia begitu mudah ditebak, operan mudah diantisipasi, dan sekalipun operan berhasil tetapi pemain timnas Indonesia sudah dijaga ketat oleh pemain timnas Malaysia.
Skema permainan timnas Indonesia begitu mudah terbaca tak hanya sekali dua kali saja, ketika bola berada pada pemain bertahan maka alur bola akan mengarah kepada kiper yang akan menendang bola ke tengah lapangan. Alhasil timnas Indonesia seringkali kehilangan ball possession karenanya dan timnas Malaysia seolah mendikte jalannya pertandingan.
Bagi Penulis sisi pertahanan Indonesia merupakan pekerjaan rumah yang perlu segera dibenahi. Dalam posisi timnas Indonesia diserang terlihat mereka kurang antisipasi terhadap apa yang akan dilakukan lawan.Â