Ilustrasi: Ayah dan anaknya yang masih kecil keduanya sedang menaiki mobil menuju suatu tempat, hingga laju mereka terhenti oleh lampu merah di sebuah perempatan jalan besar. Di saat menunggu lampu merah, seketika seorang pengemis menghampiri kaca dimana Ayah sedang mengemudi. Merespon kedatangan si pengemis, Ayah langsung membuka kaca mobilnya dan memberikan sejumlah uang kepada si pengemis. Pengemis itu berterima kasih dan menghampiri mobil yang lainnya.
Si Anak yang melihat apa yang dilakukan Ayahnya pun bertanya, "kenapa Ayah memberikan si pengemis itu uang"? Menanggapi pertanyaan sang Anak, Ayah pun menjawab, "karena ia membutuhkannya nak". Lantas sang Anak pun kembali bertanya kepada Ayahnya, "mengapa Ayah memberi si pengemis hanya (nominal) segitu? kenapa tak Ayah berikan si pengemis itu uang yang banyak?"
Ayah yang mendengar pertanyaan anaknya itu pun tersenyum, kemudian ia menjawab "memberi bukan sekadar permasalahan banyak atau tidak Nak, melainkan prihal keikhlasan".
Penulis yakin bahwa anda-anda pasti pernah mengalami kejadian yang serupa, disaat laju kendaraan anda terhenti oleh lampu merah dan seketika ada orang yang menghampiri mengemis meminta uang. Lalu pertanyaannya apa yang anda lakukan? Boleh jadi anda yang dermawan memberi pengemis itu uang, tetapi bagi yang tidak pun tidak menjadi persoalan.
Prihal memberi atau membagikan sesuatu memang bukan sembarang urusan sepele. Anda boleh percaya atau tidak, ketika anda dihadapkan oleh suatu situasi dimana anda diminta untuk membagikan dari apa yang anda miliki maka sontak timbul semacam godaan berupa penolakan untuk melakukannya.
Dan tahukah anda bahwa hal tersebut sangatlah berbeda ketika seandainya anda diminta untuk semisal membayar tagihan maupun pembayaran rutin yang lain. Tanpa pikir panjang maka anda akan melakukan pembayaran sesuai nominal yang tertera atau diminta.
Kembali pada saat anda dihadapkan oleh situasi dimana anda diminta untuk membagikan dari apa yang anda miliki. Seketika muncul dalam benak anda, "memberi atau tidak?", "jika memberi lantas berapa nominal yang pantas saya beri"?, dan pikiran-pikiran lain yang seolah menahan anda untuk memberi. Semakin komplek situasi yang anda hadapi semisal menghadiri acara amal maka akan semakin kompleks pula perhitungan yang anda lakukan.
Lalu dimana inti permasalahan memberi atau membagikan sesuatu sebenarnya? Poin dari memberi yaitu persoalannya adalah pada pola pikir, pola pikir yang membentuk suatu (pola) kebiasaan maupun karakter seseorang. Selayaknya anda sedang menjahit pakaian, anda akan menjahitnya dengan pola jahitan sesuai tekstur pakaian.
Begitupun dengan memberi, anda sebenarnya sedang membuat pola atau suatu prilaku yang kelak anda biasa atau rutin lakukan. Oleh karena itu konteks dalam memberi itu bukan berapa besar atau kecilnya, melainkan keikhlasan yang merujuk pada sesuatu hal yang biasa anda lakukan dan terlepas dari pemikiran timbal balik yang anda kiranya dapatkan. Apabila anda memberi pengemis itu Rp.2.000,- maka anda tanpa pikir panjang akan memberikan nominal yang sama bahkan lebih di situasi yang serupa.
Untuk melatih keikhlasan bukan berarti anda cukup dengan memberikan nominal yang lebih besar, tetapi anda harus membiasakan diri peka atau peduli kepada orang lain. Dalam ilustrasi diatas mungkin kita bisa beranggapan nominal yang besar dapat membantu kehidupan si pengemis. Akan tetapi hidup bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari, orang-orang yang membutuhkan bukan hanya si pengemis seorang, yang kiranya mau menolong (memberi) pun banyak serta kapanpun dimanapun dikala anda mau anda dapat memberi. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI