Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"The Shape of Water", Kisah Romantis dengan Manusia Ikan

4 Maret 2018   17:26 Diperbarui: 5 Maret 2018   03:22 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di antara beragam film yang hadir, The Shape of Water merupakan film yang cukup menarik perhatian Penulis dikarenakan film ini masuk dalam banyak nominasi ajang Piala Oscar 2018 mendatang dan memenangi beberapa penghargaan Golden Globe. Namun sayang dari informasi yang beredar, film yang telah tayang pada 1 Desember 2017 ini tidak akan tayang di Indonesia.

Mungkin faktor minimnya bioskop di Indonesia dan begitu padatnya film-film produksi dalam negeri serta Box Office menjadikan jadwal tayang begitu padat sehingga dapat dimaklumi bilamana penayangan dipilih secara selektif dan objektif. Perbedaan unsur budaya juga menjadi perhatian dimana di Indonesia mengadaptasikan budaya ketimuran yang santun dan bemartabat.

Terlepas dari itu semua The Shape of Water merupakan film bergenre drama fantasy. Sebelumnya Penulis ingatkan agar jauh-jauh pikiran anda bahwa ini film layaknya The Chronicle of Narnia, The Lord of The Ring, Fantastic Beast and Where to Find Them, atau lainnya, film ini bukan untuk kalangan anak-anak tetapi khusus bagi mereka yang benar-benar dewasa.

The Shape of Water bercerita mengenai Elisa Esposito diperankan oleh artis Sally Hawkins, seorang wanita tuna wicara yang hidup sendiri di sebuah apartemen diatas sebuah bioskop dan bekerja sebagai cleaning service di sebuah fasilitas laboratorium rahasia pemerintah Amerika.

Tak ada yang istimewa dari keseharian Elisa, hidupnya sederhana dan dipenuhi oleh rutinitas. Selepas bangun tidur, Elisa bergegas diri untuk berangkat kerja dan menyiapkan makanan untuk dirinya berikut tetangganya Giles (Richard Jenkins), seorang LGBT yang hidup sebatang kara dan bekerja sebagai freelance illustrator. Giles menjadi tempat Elisa berbagi kisah,  mereka begitu banyak menghabiskan waktu bersama layaknya ayah dan anak. Ditempatnya bekerja, Elisa juga memiliki sahabat dekat bernama Zelda (Octavia Spencer). Seorang wanita keturunan Afrika Amerika yang begitu perhatian kepada Elisa dan menjadi rekan Elisa bekerja.

Hingga suatu hari laboratorium rahasia menerima kontainer berisikan sesosok manusia ikan (diperankan oleh Doug Jones) yang ditangkap dari hutan Amazon. Dipimpin oleh Kolonel Richard Strickland (Michael Shannon), Richard diberikan tugas untuk menganalisa kemampuan dari manusia ikan tersebut guna pengembangan misi Amerika ke angkasa. Seketika hidup Elisa pun berubah kala itu, Elisa menaruh hati kepada manusia ikan tersebut tanpa sepengetahuan Richard. 

Elisa tak tega si manusia ikan terus menerus menderita oleh siksaan yang Richard lakukan, mengetahui manusia ikan itu akan dibinasakan Elisa pun merencanakan membebaskannya. Beruntung usaha Elisa terbantukan oleh Dr. Robert Hoffstetler/Dimitri Antonovich Mosenkov (Michael Stuhlbarg), seorang agen mata-mata Rusia yang bertugas menyamar dan diam-diam mengetahui adanya hubungan antara Elisa dan manusia ikan. Elisa dan bersama kerabatnya berhasil membawa kabur manusia ikan untuk sementara waktu.

Sekilas diatas merupakan penggalan cerita dari film The Shape of Water, sebuah drama romantisme antara Elisa dan manusia ikan. Film bernuansa gelap dan jadul ini lingkup ceritanya begitu sempit dan mengerucut hingga akhir. Pola yang dibentuk adalah bagaimana penonton menikmati kisah kehidupan dari sosok utama Elisa Esposito yang begitu lugu dan kemesraannya bersama manusia ikan. Untuk itu apabila anda menontonnya maka anda patut menyimak baik-baik bagaimana jalan cerita, bilamana tidak maka Penulis yakin anda merasa ada yang janggal dan tidak akan menyukai film ini. 

Film berdurasi kurang lebih 2 jam ini turut membawa memori akan tembang lawas yang mengalun merdu serta cuplikan film-film di masa 60-an. Dengan raihan penghargaan Golden Globe dan masuk dalam banyak nominasi Oscar 2018, The Shape of Water bukanlah film kategori biasa-biasa saja akan tetapi kembali ranah Hollywood seringkali punya citra rasanya sendiri yang membuatnya mengapa berbeda dengan ekspektasi pada umumnya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun