Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Tantangan Olahraga "Esport" di Indonesia

24 Januari 2018   07:41 Diperbarui: 24 Januari 2018   10:14 1885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Olahraga esport kian lama kian digandrungi di penjuru dunia tak terkecuali di Indonesia, esport tidak hanya digemari oleh kalangan muda seperti remaja melainkan kalangan dewasa bahkan orang tua baik pria maupun wanita. Meningkatnya antusiasme terhadap esport bisa terihat dari berkembangnya cabang-cabang esport yang dipertandingkan, terus bertambahnya atlet-atlet esport baru, semakin banyak kompetisi esport diadakan, dan terus meningkatnya besaran hadiah yang diperebutkan (untuk cabang esport tertentu) serta faktor-faktor pendukung lainnya.

Di Indonesia sendiri olahraga esport kian dilirik, tak cuma sebatas hobby melainkan kini telah menjadi sebuah profesi. Gaungnya memang tidak terlalu terdengar, akan tetapi beberapa atlet esport Indonesia telah membuktikan bahwa mereka mampu bersaing di tingkatan internasional dan mengharumkan nama bangsa. Dengan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa maka hal ini menjadi petanda bahwa begitu banyak Sumber Daya Manusia di Indonesia yang potensial menjadi atlet esport dan mampu berprestasi.

Namun hal tersebut bukan tanpa tantangan, salah satunya disebabkan pandangan tabu akan olahraga esport yang hanya berlandaskan pada bentuk permainan atau sisi hiburan semata dinilai tidak banyak menghasilkan bahkan dapat merusak masa depan seseorang. Kemudian kemajemukan dari masyarakat umumnya masih memandang bahwa pekerjaan merupakan sesuatu yang rutin dilakukan layaknya bekerja di kantoran, menjadi karyawan, berwirausaha, dan lain-lain sebagainya. Tidak mengherankan hal-hal tersebut menghambat bahkan sampai menenggelamkan niat seseorang menjadi atlet esport dan akhirnya memilih jalur aman. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan olahraga esport serta dukungan moral internal (keluarga) membuat individu enggan menapaki esport sebagai karier, lebih kepada kegiatan mengisi waktu senggang.

Lalu pertanyaannya bagaimana cara untuk mensosialisasikan olahraga esport agar dapat membuka mata masyarakat akan potensi didalamnya serta bagaimana upaya untuk melahirkan atlet-atlet esport baru di Indonesia kedepannya?

Hal pertama yang musti ditelaah bahwa landasan olahraga esport merupakan sebuah hobby, layaknya hobby berolahraga, hobby menulis, hobby traveling, dan lain sebagainya. Namun seiring perkembangan zaman seperti sekarang ini bahwa hobby-hobby tersebut apabila ditekuni secara serius dapat menghasilkan. 

Mereka yang gemar menulis beralih menjadi blogger, reviewer, editor, content writter, membuat buku, mereka yang gemar travelling dapat beralih menjadi travel blogger/vlogger, begitupun dengan mereka yang gemar olahraga esport. Menjadi atlet esport bukan lagi menjadikan bermain sebatas hiburan (bersenang-senang), lebih dari itu menjadi atlet esport berarti menekuni permainan layaknya seorang pro dimana memiliki kemampuan individual, personal serta koordinasi (kerjasama) tim yang baik. Jadi bilamana pribadi benar-benar berkeinginan menjadi atlet esport maka jalan satu-satunya adalah seriusi hobby tersebut dan temukan peluang bagaimana menjadikannya sebagai karier.

Hal yang kedua bahwasanya olahraga esport perlu dikampanyekan, dalam pengertian tidak hanya cukup dengan rutin digelarnya pertandingan. Akan tetapi perlu dikampanyekan agar dapat meningkatkan minat individu-individu untuk menjadi atlet esport. Pengetahuan-pengetahuan prihal olahraga esport, strategi, dan seperti apa atlet esport perlu lebih disuarakan sehingga pemikiran masyarakat dapat berkembang dan mengikis stigma buruk olahraga esport. Dengan demikian maka diharapkan timbul empati kepada mereka individu-individu yang berkeinginan menjadi atlet esport, kemudian menjadikan pengetahuan prihal olahraga esport secara lebih luas.

Hal ketiga yaitu dengan menempatkan olahraga esport sebagai materi kegiatan ekstrakulikuler yang bisa diterapkan di sekolah maupun perkuliahan (universitas). Jadi sekiranya para siswa selain mendapatkan materi ilmu-ilmu pasti di institusi pendidikan, mereka juga mendapatkan alternatif pilihan kegiatan berupa olahraga esport yang bisa para siswa kembangkan setelah mereka selesai menimba jenjang pendidikan. Hal ini pun bisa dibarengi dengan diadakan kompetisi olahraga esport antar institusi pendidikan tingkat regional maupun nasional untuk menambah jam terbang.

Dengan langkah-langkah diatas maka diharapkan kedepannya presentasi akan olahraga esport dapat lebih diterima oleh masyarakat secara luas serta melahirkan atlet-atlet esport profesional dalam negeri yang berprestasi dan membanggakan nama Indonesia di kancah internasional. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun