Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Seluk Beluk Atlet E-Sport Tanah Air

29 September 2017   11:12 Diperbarui: 29 September 2017   15:28 2425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Kata siapa main game tidak bisa menghasilkan uang? Ya stigma akan bermain game sejak lama memang dinilai buruk, kegiatan bermain game dipandang sebagai aktivitas paling tidak produktif karena hanya membuang-buang waktu, tenaga, bahkan menghabiskan uang. Stigma buruk ini pun lekat dikait-kaitkan dengan menurunnya prestasi siswa, seseorang yang hidupnya hanya bermain game dipandang tidak memiliki masa depan yang cerah karena tidak menjanjikan adanya karier atau pekerjaan disana.

Walau perspektif miring akan bermain game masih lekat hingga kini, namun nampaknya masyarakat modern sekarang lebih terbuka menyingkapi aktivitas bermain game. Bermain game dapat menghasilkan uang bahkan menjadi sebuah lapangan pekerjaan merupakan fakta yang tidak terbantahkan. Sebelum jejaring sosial dan situs berbagi video merambah, negara-negara yang maju dalam industri kreatif melalui developer pembuat game memanfaatkan kemampuan individu dalam bermain game sebagai tester produk. Selayaknya karyawan, mereka diberi penghasilan hingga sarana prasarana guna menunjang tugasnya yaitu mengetes game, mencari bug atau error pada game, mengukur seberapa menariknya game, dan tugas lainnya.

Pasca jejaring sosial dan situs berbagi sosial semakin marak, barulah mata kita semakin terbuka bahwa bermain game merupakan salah satu dari sekian lahan potensial dalam mencari penghasilan, seperti game tester, game master, youtuber game channel, game reviewer, game commentator, eSport athletes, dan sebagainya. Sangat disayangkannya walau begitu banyak peluang yang bisa diraih dari bermain game, hanya sedikit individu yang mau mengadu nasibnya dalam ranah ini.

Khususnya menyangkut atlet eSport tanah air, bisa dikatakan keberadaan mereka ada tetapi tidaklah banyak. Benar anekaragam permainan seolah membius setiap kalangan  namun sayangnya jalur untuk menjadi seorang atlet eSport sangatlah minim informasi mengenainya, paling maksimal sekelompok individu membentuk tim untuk sekedar mengikuti turnamen-turnamen tingkat lokal. Keadaan ini pun berimbas kepada kemampuan dan pengetahuan individu mengenai keahlian dalam bermain game serta pencapaian prestasi yang dapat diraih. Secara kualitas boleh dikatakan atlet eSport tanah air memiliki kemampuan cukup baik, namun secara pengalaman masih sangat kurang.

Kiranya banyak cara untuk mengejar ketertinggalan tersebut salah satunya dengan mengikuti kompetisi eSport dengan mempertemukan atau mengundang tim-tim dari luar negeri untuk menambah jam terbang. Kehadiran sponsor pun penting dalam keberlangsungan atlet eSport selain dapat difungsikan sebagai media promosi, sponsor dapat membantu dalam menunjang aspek finansial dari tim atlet eSport untuk mengikuti ajang bergengsi di luar negeri. Selain itu pula, harus dipersiapkan wadah untuk menampung individu-individu yang ingin menjadi atlet eSport agar mereka dibina menjadi profesional gamers.

Ketika menjadi atlet eSport dituntut untuk menjunjung profesionalisme, sikap atau prilaku yang minus dari pribadi tidak akan dilirik walau seseorang memiliki kemampuan bermain game diatas rata-rata. Beberapa sikap minus yang perlu disingkirkan dan umum kebanyakan dimiliki dari seorang gamers adalah :

1. Egois, sifat mau menang sendiri atau hanya memikirkan dirinya sendiri. Beberapa cabang eSport menuntut kerjasama tim atau teamwork, tidak ada tempat bagi mereka yang tidak bisa bekerjasama dan tidak bersedia mampu menjalankan fungsinya sesuai kemampuannya.

2. Tidak sopan, seperti membully, memaki, menggunakan kata-kata kotor, dan lain sebagainya. Hindari sikap tidak terkontrol seperti diatas, sebagai atlet eSport profesional behavior atau manners perlu dijaga bukan hanya menyangkut image diri pribadi tetapi juga tim dan keutuhan tim.

3. Tidak on time atau ngaret. Janganlah telat atau terlambat membudaya saat tim anda ingin berlatih bersama karena dapat mempengaruhi mood dan kurang harmonisnya tim disebabkan minusnya sikap individu.

4. Merasa puas diri. Jangan pernah merasa puas diri dengan kemampuan pribadi atau prestasi yang telah diraih. Beberapa cabang eSport memungkinkan untuk bertransformasi atau melakukan perubahan agar permainan tambah menarik dan kian menantang. Perubahan tersebut menuntut pengetahuan dan strategi yang baru, jika individu tidak ikutserta mengupdate kemampuannya maka otomatis ia tidak mampu bersaing.

Apabila anda ingin menjadi gamers profesional maka yang perlu anda ingat adalah profesional bukanlah seseorang yang hanya didasari talenta yang ia miliki namun ia sebagai individu juga mampu mengontrol dirinya dan memanage waktunya dengan baik. Tidak ada salahnya mencari hiburan dengan cara bermain game, tetapi jangan bermain game menjadikan pribadi lupa akan realita dunia dan lepas dari tanggungjawabnya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima masih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun