Sebagai gambaran bahwa Indonesia memiliki pangsa pasar yang sangat potensial, populasi yang sangat besar serta budaya konsumtif sebagian masyarakatnya merupakan surga bagi para produsen yang ingin memasarkan produknya di negeri ini. Akan tetapi sebagai negeri yang konsumtif, Indonesia tidak selalu menjadi prioritas utama ketika produk-produk smartphone terbaru keluar.Â
Acapkali Indonesia harus menunggu giliran bahkan terlambat sampai sebuah produk resmi dijual, produk-produk baru umum ditemukan di pangsa pasar tempat produsen berasal ataupun negara-negara maju dengan tingkat perekonomian pesat. Di satu sisi hal ini menguntungkan konsumen di Indonesia, tetapi di lingkup promosi hal ini dapat bertentangan.
Mengapa sampai bisa bertentangan? Produk yang telat release selain bisa diantisipasi promosi yang dilakukan oleh produk pesaing, juga memungkinkan gagal tercapainya tujuan promosi jika sebelumnya mendapatkan review buruk. Produk-produk smartphone terbaru umum telah lebih dahulu diulas oleh pakar teknologi luar untuk mengetahui baik atau buruknya kualitas produk. Apabila respon yang diterima baik maka jelas akan menguntungkan dan memudahkan produsen dalam mempromosikan produknya, namun sebaliknya apabila responnya tidak baik maka promosi yang dihimpun secara besar-besaran akan nampak percuma karena kualitas produknya disanksikan.
Walau demikian hal-hal yang dikhawatirkan tidak dapat menjadi patokan oleh karena kurang aware-nya konsumen di Indonesia terhadap produk, sebagai pengguna hampir sebagian besar konsumen di Indonesia tidak mengedepankan review luar sebagai rujukan. Mereka lebih mengutamakan nama besar brand, prestige dari sebuah produk, trend gaya hidup, maupun faktor-faktor pendukung dibelakangnya sebagai acuan.
Begitu uniknya sikap konsumen di Indonesia menjadikan kata "loyalitas" sulit tercapai dikarenakan mudahnya konsumen beralih ke produk lain, bahkan sekalipun diiming-imingi promosi yang luar biasa besarnya. Oleh sebab itu promosi di Indonesia cenderung kepada sekedar ajang pamor atau unjuk gigi semata dan untuk menguasai pangsa pasar di Indonesia mengapa persaingan tidak sehat diterapkan dengan konsentrasi menguasai titik-titik yang berpontensi meningkatkan penjualan, sehingga produk dengan kualitas buruk atau biasa-biasa pun terasa tetap bagus karena lebih dahulu dipoles seperti apa kemauan produsen.Â
Dengan demikian menjadi perhatian selaku konsumen untuk tidak larut kepada hingar bingarnya suatu promosi akan sebuah produk, pastikan benar-benar bahwa produk yang anda pilih memang anda butuhkan, sesuai harapan, dan tentunya berkualitas layaknya kalimat don't judge a book by its cover. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H