Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Seks Bebas, Betapa Butanya Cinta

14 September 2017   07:45 Diperbarui: 14 September 2017   13:24 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebutlah namanya Bunga, gadis belia ini harus berurusan dengan hukum setelah  Polisi mendapatkan laporan atas penemuan jasad bayi dan segera menindaklanjuti laporan tersebut. Dari pengembangan kasus akhirnya Polisi berhasil mengungkap motiv dibelakangnya dimana Bunga memutuskan menggugurkan bayi dalam kandungannya atas desakan sang kekasih. Serupa dengan apa yang dialami Bunga, Melati seorang wanita paruh baya harus berurusan dengan hukum akibat tega membunuh bayinya sendiri dikarenakan sang kekasih tidak mau bertanggungjawab atas perbuatannya.

Sekilas dua kisah pilu diatas merupakan sedikit gambaran akan kasus-kasus kriminal yang terjadi dimana diprakarsai oleh hubungan yang terlarang. Banyak faktor yang mengakibatkan sampai-sampai individu melakukan perbuatan keji melanggar hukum, seperti ekonomi dan lingkup sosial. Namun ketidaksiapan diri menanggung akibatnya umum dikarenakan individu tidak lebih dahulu berpikir panjang atas perbuatannya yaitu berhubungan intim diluar pernikahan.

Ada kalimat yang mengatakan bahwa "cinta itu butuh pengorbanan", dimana kalimat ini seringkali disalahartikan dengan mengungkapkannya dengan cara seks bebas. Dilatarbelakangi rasa sayang kepada pasangan dan dalih suka sama suka, menghanyutkan emosi dua sejoli yang mabuk kepayang akan buta-nya cinta sehingga dengan mudahnya diperbudak oleh hawa nafsu. Dengan embel-embel status "kekasih" manakala kegiatan seks bebas ini menjadi candu yang secara tidak disadari mengarahkan mereka kepada suatu bencana.

Seks bebas bukanlah hal yang tabu lagi di masyarakat khususnya pergaulan anak muda zaman modern sekarang. Materi-materi atau konten seksual secara eksplisit maupun tidak langsung kini mudah didapatkan bahkan disajikan secara cuma-cuma memicu birahi (gairah seksual) dalam pribadi, yang memprihatinkan adalah kurangnya kontrol diri akan hawa nafsu ini menjadikan seks bebas sebagai bentuk pelampiasan bahkan cenderung kepada tindakan pelecehan dan kekerasan seksual.

Mengacu kepada apa yang terjadi bahwasanya seks bebas bukan merupakan perbuatan yang dibenarkan, Diluar konteks budaya Barat tidak sesuai dengan adat ketimuran, seks bebas tidak diperkenankan dalam agama sebagaimana pula ikatan yang sah sebagai pasangan (pria-wanita) adalah melalui jalur pernikahan (suami-istri). Seks bebas jelas sangat beresiko, bukan hanya dicap sebagai aib tetapi hamil diluar nikah dan penyakit kelamin akibat bergonta-ganti pasangan memungkinkan hal tersebut dapat terjadi.

Kemudian imbas dari perilaku seks bebas perlu kiranya dipikirkan secara panjang, manakala hubungannya dengan masa depan pribadi, pasangan, dan dampaknya bagi orang-orang terdekat seperti orang tua dan nama baik keluarga. Tidak sertamerta pribadi mengedepankan ego dan hawa nafsu dikala perbuatan justru menjurus kepada konsekuensi yang teramat besar, penderitaan bagi kehidupan pasangan, maupun malunya orang tua dan citra buruk bagi keluarga tidak akan setimpal dengan nafsu yang sesaat.

Menjadi perhatian kepada kita semua khususnya para orang tua yang memiliki anak-anak masih berumur belia untuk mendidik mereka agar menjadi pribadi yang benar, bertanggungjawab, serta dapat berpikir secara matang akan segala bentuk perbuatannya. Jangan sampai mereka hanyut akan pergaulan dimana seks bebas menjadi gaya hidupnya. Banyak hal baik yang bisa kita ambil contoh, tetapi banyak pula hal buruk yang bisa kita bersama ambil hikmahnya dan semoga menjadikan motivasi agar hidup menjadi benar serta terhindar dari malapetaka. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun