Mohon tunggu...
Reno Dwiheryana
Reno Dwiheryana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger/Content Creator

walau orang digaji gede sekalipun, kalau mentalnya serakah, bakalan korupsi juga.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Eksibisionisme dan Menurunnya Derajat Wanita

11 September 2017   08:26 Diperbarui: 11 September 2017   08:42 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Media cetak maupun elektronik selalu berusaha menyajikan informasi, tak terkecuali informasi-informasi yang beredar di lini masa media sosial layaknya beberapa waktu lalu dimana "tagar malam pertama" yang tertuju kepada seorang artis menjadi salah satu trending topic. Mengacu pada ramainya tagar tersebut maka beberapa media berupaya mengulas lebih dalam akan perubahan sosial di masyarakat, khususnya para netizen yang seolah tidak tabu dalam berekspresi di media sosial.

Lahirnya tagar "malam pertama" merupakan sesuatu yang tidak pantas walau dianggap sebatas lelucon, hal ini didasari ranah media sosial dapat diakses oleh berbagai kalangan tak terkecuali anak-anak. Materi seksual yang disampaikan dengan tidak baik dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan otak pada anak, rasa keingintahuan yang tinggi memungkinkan bencana atau sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi dimana anak dipaksa berprilaku layak orang dewasa sebelum waktunya.

Kemudian tagar malam pertama juga dinilai sebagai bentuk mendiskreditkan atau merendahkan kaum wanita. Beragam reaksi yang dihasilkan dari tagar malam pertama menimbulkan kesan bahwa wanita cenderung dianggap sebagai objek seksual, hal tersebut dapat memicu tindakan kekerasan kepada kaum wanita seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dan tindak kriminal lainnya.

Di satu sisi media berupaya untuk menjelaskan dan ikut pula mengkhawatirkan akan terjadinya perubahan kepada masyarakat, namun di sisi lain seolah media lupa bahwa mereka juga memiliki andil didalamnya. Sebagai gambaran nyata bisa kita lihat bagaimana ragam media yang berupaya mengeksploitasi kaum wanita dengan simbol-simbol seksual, seperti mempublish kemolekan dan keseksian tubuh wanita, mengekspos sosok-sosok kontroversial penuh sensasi, dan turut menyertakan pula istilah-istilah seksual tanpa disaring terlebih dahulu dan mudahnya dikonsumsi oleh publik. 

Lain media lain pula fenomena apa yang terjadi pada kaum wanita dimana kaum wanita di era modern saat ini gemar mengekspos diri, cenderung ke arah eksibisionisme. Sebagian kaum wanita tidak merasa malu dan ragu lagi untuk memperlihatkan bagian tubuh intim mereka melalui postingan di media sosial, mempertontonkan tubuh kepada publik dianggap sebagai wujud eksistensi pribadi dan kebebasan tanpa berpikir panjang bahwa dirinya telah melecehkan dan merendahkan kaumnya sendiri. Tautannya menjadi konsumsi khalayak umum dan dirinya rentan menjadi objek tindak kekerasan seksual, hal tersebut pun dapat menyebabkan traumatik jangka panjang dengan memicu perubahan pada orientasi seksual. Menghormati dan menjunjung tinggi kaum wanita merupakan tanggungjawab sebagai kaum pria, akan tetapi selaku kaum wanita pun seharusnya lebih menghargai dan menjaga kehormatan kaumnya.

Bisa dikatakan publik sudah terbiasa dengan segala hal seperti itu, walau demikian apa yang dialami negeri ini masih lebih baik atau tidak se-ekstrem apa yang terjadi diluar sana. Norma-norma kesopanan dan hukum masih dijunjung tinggi berikut reaksi sosial masyarakat yang mengecam sesuatu tindakan yang melanggar turut mengontrol imbas-imbas negatif yang mungkin dapat terjadi. Namun bukan berarti kita hanya berdiam diri dan dapat bernafas lega, sekecil apapun perubahan sosial dapat berdampak besar di masyarakat dan sesuatu perubahan yang tidak baik imbasnya kita rasakan semuanya. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun