Siapa yang tidak mengenal "The Professor", Arsene Wenger. Tak ada yang menyangka juru taktik Arsenal ini akan lolos dari lubang jarum (pemecatan) di musim lalu. Gagal di fase knock off Liga Champion dengan kekalahan telak dari Bayern dan ketidakpastian Arsenal lolos ke Liga Champion musim 2017/2018 pada waktu itu membuat dirinya dalam tekanan. Para fans fanatik Arsenal meradang disertai aksi boikot menuntut agar board director Arsenal segera memberhentikan dirinya dari kepemimpinan, media-media pun ikutserta menggoreng berita dengan isu-isu kepindahan pemain, dan tidak sedikit komentar miring ditujukan kepadanya.
Akan tetapi Arsene Wenger adalah Arsene Wenger. Kiranya 20 tahun lebih masa kepelatihannya ia telah begitu banyak makan asam garam dalam dunia persepakbolaan, ia tahu benar apa tugas dan tanggungjawabnya, ia tahu benar apa keinginan para fans, dan ia tahu benar bagaimana merespon media terlebih media-media di Inggris. Singkat kata Arsene Wenger tetap di Arsenal dengan kontrak baru berdurasi 2 tahun.
Mengacu kepada apa yang dialami oleh Arsene Wenger memang dapat dikatakan ia sangat beruntung, mengapa? Di era industri dunia sepakbola yang serba modern ini prestasi diibaratkan harga mati bagi para arsitek taktik, minimal setidaknya seorang manager mampu mencapai lowest achievement yang ditujukan kepadanya. Bilamana tidak lebih lagi lingkup sepakbola sekelas EPL maka pemecatan kemungkinan besar datang menghampiri, sudah begitu banyak nama-nama besar juru taktik yang merasakan bagaimana sakitnya didepak oleh klub yang dibangun atas jerih payahnya sendiri. Sungguh miris bukan?
Dibalik selamatnya diri Arsene Wenger dari isu pemecatan selalu dikait-kaitkan dengan kedekatan dirinya dengan para petinggi di Arsenal, namun apakah benar demikian? Bisa saja kabar tersebut benar, akan tetapi dunia sepakbola menjunjung tinggi dan menuntut profesionalitas. Dibalik diri Arsene Wenger, ia merupakan juru taktik yang bukan hanya piawai dalam meramu strategi melainkan pula cerdas dalam hal berbisnis.
Coba kita pikirkan sudah berapa banyak nominal yang ia kucurkan kepada Arsenal? Stadion baru Arsenal dan talenta-talenta muda yang hadir di Arsenal merupakan buah dari jasanya. Sulit kiranya menemukan manajer dengan kemampuan lengkap seperti dirinya, ia pandai dalam meramu taktik, ia jeli melihat bakat terpendam pemain, ia cerdas dalam berkomunikasi, dan yang utama adalah ia baik dalam memanage finasial klub. Apabila ada yang kurang dari diri Arsene Wenger saat ini mungkin adalah prestasi.
Kiprah Arsene Wenger di lapangan masih akan berlangsung di EPL musim depan, loyalitas dan kapabiltas akan dirinya bagi Arsenal tidak perlu lagi dipertanyakan. Pembelian Alexander Lacazette dengan mahar 52 juta menjadi sebuah perjudian apakah ia masih layak menangani Arsenal, apakah ia akan menghadirkan trofi juara yang di idam-idamkan oleh fans Arsenal. Dengan isu kepindahan beberapa punggawa ternama Arsenal seperti Sanchez dan Bellerin, apa yang Arsene Wenger hadapi memang cukup berat.Â
Namun demikian pembelajaran apa yang bisa didapat dari seorang Arsene Wenger adalah setiap hal yang menerpanya ia selalu berusaha untuk optimis, dan mengapa tidak ada manajer lain seperti dirinya. In Arsene We Trust. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H