Acapkali terdengar orang berkata ganteng ataupun cantik itu relatif, ungkapan "relatif" disini mendefinisikan bahwa tolak ukur seberapa menariknya wajah atau tampang seseorang tergantung bagaimana cara pandang pribadi menilainya. Sebagai gambaran dari pokok bahasan kecantikan maka boleh dikata ketika anda menilai seorang istri kerabat anda bahwa wajahnya biasa-biasa saja maupun kurang menarik, akan tetapi sebaliknya Penulis yakin kerabat anda yang statusnya sebagai suaminya pasti akan menyatakan istrinya adalah mahluk tercantik di muka bumi ataupun ungkapan yang menyatakan apresiasi secara berlebih.
Faktor kecantikan secara umum adalah sesuatu hal yang bisa ditangkap oleh indera penglihatan, cantik bisa diungkapkan untuk menyatakan bahwa paras seorang wanita tersebut menarik tetapi ungkapan cantik pun secara universal dapat digunakan untuk hal lain semisal kalimat "permainan cantik tim Barcelona mampu mengalahkan PSG dengan skor agregat 6-5" pada babak 16 besar Liga Champion. Pertanyaannya disini adalah apakah kecantikan hanya berpatok pada paras muka seorang wanita?
Mengacu pada kalimat fenomenal "kecantikan wanita bukanlah dipandang dari wajahnya melainkan dari dalam hatinya" menyatakan bahwa paras muka hanya menyangkut sisi luar atau hal terkait kosmetik, namun kecantikan dari dalam atau sisi internal menyangkut karakter seorang wanita jauh lebih penting. Kenapa demikian?
Sebagai contoh perbandingan bahwa pandangan para pria yang sudah uzur seperti Penulis akan menganggap alangkah disayangkan bilamana seorang wanita berparas cantik tetapi tidak dapat merawat keluarganya dengan baik. Mengapa Penulis bisa mengatakan seperti itu? Faktor umur, berkembangnya pola pikir, serta pengalaman hidup mengubah persepsi Penulis dalam menilai kecantikan yang tertuju kepada kaum wanita yang menganggap kecantikan tidak hanya menyangkut paras muka tetapi perlu didukung pelengkap lainnya agar menjadikan seorang wanita sempurna dimata pribadi seorang pria. Dimana disini subjeknya Penulis sebagai seorang pria yang mencari wanita sebagai pasangan hidup.
Berbeda halnya dengan mereka kaula muda kaum Adam yang menjajaki masa pubertas hingga fokus meniti kariernya yang masih berlandaskan kecantikan paras muka kaum wanita sebagai hal utama ketika mencari pasangan (status). Kecantikan disini lebih dipandang sebagai sesuatu kebanggaan (menyangkut harga diri) bagi diri pribadinya, bersanding dengan pasangan berparas cantik dinilai sebagai salah satu bentuk keunggulan seorang pria terhadap pria lainnya. Alhasil mengapa wanita cenderung dipermainkan dikarenakan wanita terlalu mudah luluh akan puja dan puji dari lawan jenisnya serta takluk akan daya tarik pria yang memujanya.
Tidak dipungkiri bahwasanya kecantikan dalam bentuk apapun (internal atau eksternal) merupakan faktor krusial yang menjadikan daya tarik kaum wanita terhadap lawan jenisnya, namun kita perlu ingat juga dan tidak dapat menyangkal bahwa kecantikan memiliki dampak positif maupun negatif dalam realita kehidupan. Sisi positif semisalkan sebagai faktor pendukung karier, contoh pramugari, public relation, news anchor, dan lain-lain sebagainya. Sedangkan sisi negatif, contoh narsistik, body dismorfik disorder, histrionik, addiction, eksibionis, dan lain-lainnya.
Dibalik itu semua bahwasanya kini terjadi salah tafsir disertai eksploitasi prihal kecantikan baik dari kaum pria maupun wanita dimana menanggapi sebagai kecantikan sisi luar yang bisa ditangkap oleh indera penglihatan merupakan hal segalanya maupun sisi yang menjual. Padahal jika mengacu pada fakta hidup di lapangan menyatakan kecantikan luar tidaklah abadi dikarenakan umur bertambah maka mau tidak mau baik paras muka maupun fisik turut berubah, oleh karena itulah kecantikan dari dalam diri jauh lebih penting dikarenakan disanalah jati diri sebagai kaum wanita seutuhnya. Sebagai pengakhir artikel ini, Penulis ucapkan selamat Hari Wanita Sedunia, jadilah diri anda apa adanya dan hargai lebih diri anda sebagai kaum wanita. Demikian artikel Penulis, mohon maaf bilamana ada kekurangan dikarenakan kekurangan milik Penulis pribadi. Terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H